Joanna Palani, Sosok Sniper Cantik yang Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar dan Jadi Buronan Para Tentara ISIS

Senin, 22 Juli 2019 | 15:27
ALLTHATSINTERESTING.com / TWITTER dan instagram.com/ @joannajoliepalani

Joanna Palani, Sosok Sniper Cantik yang Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar dan Jadi Incaran Tembak Tentara ISIS

Sosok.ID - Tidak banyak yang tahu tentang sosok Joanna Palani yang kini tengah menjadi buronan tentara ISIS.

Bagaimana tidak, kelihaian Joanna Palani sebagai sniper atau penembak jitu Unit Perlindungan Wanita Kurdi (YJP) melawan pergerakan tentara ISIS membuat nyawanya kerap menjadi incaran musuh.

Terlebih lagi ketika cerita kehebatan Joanna Palani saat melawan tentara ISIS di Suriah telah menyebar sampai ke mana-mana.

Baca Juga: Kisah Kakek Uhi, Lansia 130 Tahun yang Keinginannya Naik Haji Dikabulkan Raja Arab Saudi Sampai Dijanjikan Ibadah dengan Kawalan Petugas Keamanan Kerajaan

Melansir Daily Mail, Joanna Palani adalah penembak jitu wanita yang berasal dari Denmark.

Kendati memiliki paras yang cantik bak super model, rupanya kemampuan Joanna Palani di medan perang tak bisa dipandang sebelah mata.

Karena keberanian dan kemampuannya, Joanna Palani pun menjadi sniper wanita yang paling dicari oleh tentara elit ISIS.

Baca Juga: Mengharukan, Anjing Ini Berjalan Ratusan Kilo Demi Kembali ke Rumah Majikan yang Telah Membuangnya

Wanita yang dijuluki the Lady of Death ini mengaku dirinya telah berhasil membunuh 100 anggota tentara ISIS.

Imbasnya, Joanna Palani pun menjadi salah satu sosok yang berada di puncak teratas daftar orang-orang yang menjadi incaran pembunuhan oleh para tentara ISIS.

Dilansir Sosok.ID dari Daily Mail, Joanna Palani pun masuk daftar buronan ISIS yang kepalanya dihargai hingga 1 juta dolar AS.

Baca Juga: 20 Tahun Tak Terciduk Pakai Narkoba, Nunung Disebut Polisi Sempat Menolak Bujukan Suami untuk Berhenti Nyabu

Harga itu setara dengan Rp 14 miliar bagi siapa saja yang berhasil menangkapnya dalam keadaaan hidup atau pun meninggal.

Dikutip dari Kompas.com, Joanna Palani lahir bukan dari keluarga yang berpengaruh.

Joanna Palani lahir dari keluarga pengungsi di sebuah kamp pengungsian di Gurun Ramadi, Irak selama Perang Teluk tahun 1993.

Baca Juga: Cemburu Buta Gara-gara Tak Sudi Dipoligami, Seorang Istri Tega Siram Suaminya dengan Air Mendidih Hingga Tewas dengan Tubuh Melepuh

Pada usia tiga tahun, Joanna Palani dan keluarganya bermigrasi ke Denmark dengan alasan politik dan kebudayaan pada kala itu.

Mewarisi darah pejuang dari kakek dan ayahnya membuat Palani terdorong untuk memulai revolusi melalui aksi militan.

Pada 2014, wanita cantik ini keluar dari bangku kuliahnya, dan mulai melakukan perjalanan ke Suriah di usianya yang masih terbilang muda, 21 tahun.

Baca Juga: 15 Tahun Silam Sempat Berseteru, Keluarga Polo Sebut Nunung Adalah Pemakai Narkoba Sejak Tahun 1998: Saya Tahu Persis Siapa Dia Luar-Dalam

Pelatihan militer yang ia jalani pun tidak semudah yang dibayangkan orang-orang.

Saya ingat pertama kali saat menarik pelatuk dan merasak kekuatan dari sebuah senjata. Saya tidak cukup bagus (memegang senjata) tapi saya sangat menyukainya."

"Saya menyukai kekuatan senjata itu, dan fakta bahwa kekuatan itu bukan dari senjata itu sendiri, tetapi pada orang yang memegang senjata itu.

Baca Juga: Viral di Twitter, Seorang Pria Manfaatkan Aplikasi FaceApp untuk Tutupi Aksi Selingkuhnya: Maaf Yang, Lagi Dirumah Nenek

Saya ingin menjadi lebih baik," jelas Palani seperti dikutip Sosok.ID dari Dailymail.

Joanna Palani sendiri pun menjelaskan bahwa dirinya sangan menyukai pelatihan di kamp militer.

"Saya sangat menyukai pelatihan saya. Itu mengingatkan saya pada sosok Lyuda (Pavlichenko) Lady Death dari Tentara Merah Rusia," jelas Joanna seperti yang dikutip dari laman Dailymail.

Baca Juga: Kini Terjerat Narkoba, Nunung Akui Sangat Berdosa Pernah Tampol Muka Ibunya dengan Uang

Darah Palani selalu mendidih setiap kali mendengar berita pejuang ISIS memperlakukan buruk anak-anak dan perempuan.

Selama di Timur Tengah, Palani adalah bagian dari pasukan yang membebaskan sekelompok gadis Yazidi yang diculik untuk dijadikan budak seks di Iran.

"Saya adalah seorang penembak jitu. Saya suka menggunakan otak dan tubuh saya untuk fokus pada misi saya," ungkap Joanna dengan bangga.

Baca Juga: Petani Asal Sidrap Bisa Beli Ferari Super Mewah, Rupanya Ini Kerja Sambilannya

"Saya dilatih oleh banyak kelompok di Kurdistan dan di luar wilayah Kurdi di Suriah," tambahnya.

Dia juga dilaporkan memerangi pemerintahan rezim Bashar al-Assad di Suriah. (*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : Kompas.com, Daily Mail

Baca Lainnya