"Tadi tuh saya waktu duduk di sini seperti dibawa ke masa lalu."
"Suaranya juga luar biasa," pungkasnya.
Yung Yau mengatakan bahwa sang ayah membeli gamelan ini pada tahun 1980-an.
"Waktu itu kira-kira papa itu belinya tahun 80-an," kata Yung Yau.
Tak hanya membeli gamelan yang diklaim peninggalan Kerajaan Majapahit saja, Yung Yau juga mengatakan bahwa sang ayah juga harus membeli rumah joglo tempat menyimpan alat musik tradisional tersebut.
"Dulu itu gamelan ini ada joglonya, ada rumahnya."
"Sama rumah joglonya sama gamelannya ikut diboyong. Mungkin kepengen (gamelan) rumah lama."
Meski mengoleksi banyak barang peninggalan masa lalu, Yung Yau mengatakan keluarganya tidak pernah menjualnya.
Kini gamelan tersebut setiap tahun dipinjamkan ke UWKS untuk ditampilkan.
Selain itu Yung Yau juga menambahkan bahwa gamelan tersebut juga pernah dicari dan dipinjam oleh sebuah paguyuban di Trowulan, Mojokerto untuk dimainkan di lokasi yang diklaim sebagai Istana Majapahit di sana.
"Setelah 25 tahun menghilang, gamelan ini sekarang setiap tahun dipinjam oleh UWKS."
"Juga pernah sebuah paguyuban di Trowulan Mojokerto mencari dan menemukan gamelan ini kemudian dipinjam untuk dimainkan di tempat petilasan Kerajaan Majapahit," sebut Yung Yau.