Dari bencana kelaparan yang diperparah oleh 'Loncatan Besar ke Depan' sampai kekerasan Revolusi Budaya, korban kebijakan Mao dalam masalah jumlah "telah dilampaui oleh seluruh korban yang meninggal dunia dalam Perang Dunia II," tulis Short.
"Kepemimpinannya membawa kematian lebih banyak rakyatnya dibandingkan pemimpin lain dalam sejarah," tambahnya.
Namun dampaknya, China siap membuat awal yang baru, demikian pula dengan kepemimpinan partai yang baru.
Mereka telah lelah dengan revolusi dan menginginkan stabilitas serta jaminan.
Deng Xiaoping muncul jadi pemimpin generasi pragmatis ini.
Pembantaian--atau pembersihan--selama Revolusi Budaya, dan untuk kedua kalinya yang terjadi di tahun 1970 tidak membuat Deng diturunkan dari jabatannya, dan rehabilitasi politiknya menuntunnya mencapai posisi pemimpin tertinggi China di tahun 1978 dan juga pewaris gelar pemimpin utama.
Deng disebut Teiwes sebagai "seorang pragmatis," yang kemudian menjadi "arsitek besar reformasi China dan memiliki otot politik untuk menggerakkan negaranya menuju "arah umum pemasaran dan keterbukaan" kepada dunia.
Kekuasaan kemudian berpindah dari Deng kepada Jiang Zemin yang secara resmi dianggap sebagai pemimpin utama partai generasi ketiga, tapi dirinya tidak dianggap sebagai salah satu pemimpin besar partai, menurut Guo.
Hal yang sama juga terjadi pada Hu Jintao, dan meskipun karir partainya moncer, dia tidak pernah dianggap sebagai pemimpin utama.
Dengan reputasi Jiang untuk kebesaran malah dipertanyakan dan Hu sama sekali tidak dianggap, akhirnya di tahun 2016 Xi dianggap secara bersama menjadi pemimpin utama partai, empat tahun setelah dirinya memimpin partai di saat muncul ancaman atas keberhasilannya.
Guo menggambarkan, korupsi terjadi di semua birokrat di semua tingkat di saat Xi ditunjuk jadi ketua partai tahun 2012 lalu, dan dirasakan di antara anggota partai bahwa rezim akan runtuh kecuali ada sosok yang maju dan bertanggung jawab.
"Keseluruhan pemimpin, termasuk para pemimpin yang sudah pensiun, mencari pemimpin yang kuat, sosok seperti Mao yang bisa berfungsi dan bekerja seperti seorang patriarki," tulis Guo.