"Jadi dia bilang FS itu korban. FS ini dizalimi, harga dirinya diinjak-injak. Dan dia sangat menyesal mengapa bukan dia yang menembak (Brigadir J)," ungkap Sugeng.
Anggota DPR ini menyampaikan kepada Sugeng tentang narasi baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E di rumah dinas Ferdy Sambo yang kemudian menewaskan Yosua.
Narasinya mirip dengan yang disampaikan polisi di awal kasus ini mencuat di publik, bahwa insiden baku tembak bermula dari pelecehan Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo.
"Saya bilang, oke info ini saya tampung," balas Sugeng.
Masalah kematian Brigadir J juga dibahas oleh anggota DPR lain yang menghubungi Sugeng lewat telepon.
Meski begitu, Sugeng pastikan anggota DPR yang satu ini tidak berupaya memengaruhi pandangannya terkait kasus ini.
"Saya cuma nelepon sama dia. (Dia bilang) 'enggak bang, ini soal kasus Sambo ini janggal'. Dia tidak memengaruhi kalau ini," beber Sugeng.
Tidak berselang lama yaitu hanya tiga hari setelah 12 Juli 2022, Sugeng mengaku mendapat telepon lain.
Kali ini dari salah satu polisi berpangkat Komisaris Besar (Kombes).
Sugeng hanya menyebut jabatan polisi tersebut yaitu perwira menengah yang bertugas di Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Mabes Polri.
Sosok misterius ini sampaikan narasi kematian Brigadir J yang sama dengan pengakuan Ferdy Sambo di awal.
"Sama ceritanya, persis sama anggota DPR yang pertama. Pelecehan, korban, dia marah, FS (Ferdy Sambo) tidak ada di lokasi, sedang PCR," tutup Sugeng.