Sosok.ID -Negeri Beruang Madu, Rusia kini tengah dihadapkan dengan sejumlah masalah.
Salah satunya adalah sanksiinternasional yang dijatuhkan ke Rusia atas peristiwa yang terjadi sebulan terakhir.
Diketahui Rusia selama hampir dia bulan ini telah melancarkan seranganmiliter ke Ukraina.
Hal itupun menimbulkan kecaman dari berbagai negara, namun ternyata tak membuat Putin gentar.
Melansir dari Kompas.com, serangan Rusia ke Ukraina diketahui masih belum mereda sedikitpun.
Sementara itu, kini sudah tak terhitung lagi korban jiwa yang berjatuhan akibat peperangan tersebut.
Lebih mengejutkan lagi, Amerika Serikat (AS) dan NATO dikabarkan ikut turun tangan dalam menanggapi konflik ini.
Rusia pun sampai disebut geram sendiri karena ulah dia pihak luar dalam konflik mereka dengan Ukraina tersebut.
Dikutip dari TribunWOW,Rusia juga sempat menyenggol dua kekuatan militer besar tersebut.
Secara terang-terangan, Puti menuding Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara NATO yang melakukan latihan militer besar-besaran di Arktik, Kutub Utara.
Aktivitas ini diperkirakan akan menyebabkan risiko keamanan dan risiko lingkungan yang parah.
Disebutkan juga kemungkinan terciptanya bentrokan di wilayah yang 60 persen dikuasai Rusia itu.
Mengutip dari Russia Today, Selasa (19/4/2022) Moskow mengaku prihatin dengan aktivitas yang berkembang dari blok NATO yang dipimpin AS di kawasan Arktik.
Kegiatan ini diprediksi memiliki implikasi keamanan dan ekologi yang serius.
Hal ini diungkapkan seorang perwakilan senior Rusia untuk Dewan Arktik, Nikolay Korchunov, saat wawancara dengan kantor berita TASS.
"Internasionalisasi kegiatan militer aliansi di lintang tinggi, yang melibatkan negara-negara NATO non-Arktik, tidak menimbulkan apa-apa selain kekhawatiran," kata Korchunov, Minggu (17/4/2022).
"Ini meningkatkan risiko insiden yang tidak disengaja, yang selain risiko keamanan, juga dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem Arktik yang rapuh."
Blok NATO pimpinan AS diklaim telah meningkatkan kegiatannya di kawasan itu.
AS dan negara sekutunya disebut telah melakukan latihan militer yang semakin besar-besaran.
"Baru-baru ini, latihan militer skala besar lain dari aliansi itu terjadi di utara Norwegia, yang menurut kami, tidak berkontribusi untuk memastikan keamanan di kawasan itu,” kata Korchunov.
Latihan yang berlangsung pada bulan Maret tersebut melibatkan 1.500 tentara AS serta pasukan dari delapan negara NATO lainnya dan negara mitra yang berjumlah 15.000 secara total.
Latihan itu diwarnai insiden jatuhnya pesawat MV-22B Osprey milik Korps Marinir AS yang jatuh di pegunungan terpencil, menewaskan empat orang di dalamnya.
Korchunov yakin, terlepas dari aktivitas militer langsung blok tersebut, potensi ekspansinya lebih jauh ke utara menciptakan risiko tambahan bagi wilayah Arktik.
Bahkan Swedia dan Finlandia, yang telah mempertahankan kebijakan non-blok selama beberapa dekade ini mulai gelisah.
Meski memiliki hubungan dekat dengan aliansi yang dipimpin AS, dia negara tersebut sedang mempertimbangkan untuk secara resmi bergabung setelah konflik antara Rusia dan Ukraina.
"Ekspansi NATO dengan mengorbankan negara-negara non-blok secara tradisional tidak akan berkontribusi pada keamanan dan rasa saling percaya di Arktik, penguatan yang secara konsisten diadvokasi oleh Rusia,” ucap Korchunov.
Serbuan yang dilakukan militer Rusia dalam skala besar ke Ukraina diketahui dimulai akhir Februari.
Hal itu disebut telah digunakan sebagai alasan untuk mengganggu pekerjaan Dewan Arktik.
"Pada awal Maret 2022, Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Islandia, Norwegia, Swedia dan Finlandia menangguhkan partisipasi mereka di Dewan, mengutip operasi militer khusus Rusia di Ukraina,” kata Korchunov.
Ia menambahkan bahwa tidak ada cara untuk melakukan pengembangan di Wilayah Arktik tanpa Rusia.
"Jelas bahwa tidak mungkin untuk secara efektif memastikan pembangunan berkelanjutan Arktik tanpa Rusia, negara yang mencakup sekitar 60% dari pantai Arktik dan merupakan rumah bagi lebih dari setengah populasi kawasan itu," pungkasnya.
(*)