Follow Us

Bakar 30 Warga Sipil Hidup-hidup, AS, Inggris hingga Kanada Jatuhi Sanksi untuk Tentara Myanmar, Ini Target Lengkapnya!

Rifka Amalia - Sabtu, 26 Maret 2022 | 15:31
Junta militer Myanmar
@myanmar.tatmadaw

Junta militer Myanmar

Sosok.ID - Amerika Serikat, Inggris dan Kanada telah memberlakukan sanksi baru yang terkoordinasi terhadap Myanmar.

Sanksi itu berfokus pada pejabat militer senior, termasuk kepala angkatan udara yang baru diangkat.

Ada pula mereka yang terkait dengan perdagangan senjata sebagai tanggapan atas tindakan keras militer yang brutal terhadap lawan-lawannya juga akan menerima sanksi.

Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (26/3/2022), sanksi AS menargetkan tiga orang yang diduga sebagai pedagang senjata Myanmar serta perusahaan yang terkait dengan mereka.

Baca Juga: Miliki 20 Asisten Seksi, Sosok Hotman Paris Bocorkan Proses Seleksinya yang Tak Biasa: Sambil Joget

Sanksi AS juga melibatkan dua bisnis yang dikendalikan oleh pedagang senjata, Tay Zaw.

AS juga memberlakukan tindakan terhadap Divisi Infanteri Ringan ke-66, sebuah unit tentara yang dipersalahkan karena membakar sekitar 30 warga sipil hidup-hidup di mobil mereka di negara bagian Kayah tenggara pada Malam Natal tahun lalu.

“Kami telah mengambil tindakan ini hari ini sebagai tanggapan atas meningkatnya kekerasan rezim."

"Untuk menunjukkan dukungan kuat kami kepada rakyat Burma, dan untuk mempromosikan akuntabilitas sehubungan dengan kudeta dan kekerasan yang dilakukan oleh rezim,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Minta Maaf, Sosok Indra Kenz Mengaku Tak Berniat Tipu Siapa pun: Orang Tua Saya Tidak Mengajari Menipu

“Kami akan terus membebankan biaya pada rezim militer dan mereka yang mendukungnya sampai ia menghentikan kekerasan dan memulihkan jalan Burma menuju demokrasi," lanjut dia.

Inggris mengambil tindakan terhadap pedagang senjata dan perusahaan dengan fokus pada mereka yang mencari dan memasok senjata ke angkatan udara, yang telah terlibat dalam pemboman desa-desa sipil, memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

Source : Al Jazeera

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest