Yonhap melaporkan, pembelot yang pulang ke Korea Utara itu jarang berinteraksi dengan tetangga, dan terlihat membuang barang-barangnya sehari sebelum dia melintasi perbatasan.
“Dia mengeluarkan kasur dan tempat tidur ke tempat pembuangan sampah pada pagi itu, dan itu aneh karena semuanya terlalu baru,” kata seorang tetangga seperti dikutip Yonhap.
“Saya berpikir untuk memintanya memberikannya kepada kami, tetapi akhirnya tidak melakukan itu, karena kami tidak pernah menyapa satu sama lain.”
Hingga September 2021, sekitar 33.800 warga Korea Utara telah bermukim kembali di Korea Selatan, menempuh perjalanan panjang dan berisiko (biasanya melalui China), dalam mengejar kehidupan baru sambil melarikan diri dari kemiskinan dan penindasan di rumah.
Kementerian Unifikasi menyebut, sejak 2012, hanya 30 pembelot yang dipastikan telah kembali ke Utara.
Tetapi para pembelot dan aktivis mengatakan mungkin ada lebih banyak kasus yang tidak diketahui di antara mereka yang berjuang untuk beradaptasi dengan kehidupan di Selatan.
Dalam sebuah survei yang dirilis bulan lalu oleh Pusat Basis Data Hak Asasi Manusia Korea Utara dan Penelitian Sosial NK di Seoul, sekitar 18 persen dari 407 pembelot yang disurvei mengatakan mereka bersedia untuk kembali ke Utara, kebanyakan dari mereka karena nostalgia.
“Ada berbagai faktor yang kompleks termasuk kerinduan akan keluarga yang ditinggalkan di Utara, dan kesulitan emosional dan ekonomi yang muncul saat bermukim kembali,” kata pejabat Kementerian Unifikasi.
Ia lebih lanjut berjanji untuk memeriksa kebijakan dan meningkatkan dukungan bagi para pembelot. (*)