Pejabat yang tak disebutkan namanya itu mengatakan, pembelot tersebut hidup miskin saat bekerja sebagai petugas kebersihan di ibu kota Korea Selatan, Seoul.
"Saya akan mengatakan dia diklasifikasikan sebagai kelas bawah, nyaris tidak mencari nafkah," kata pejabat tersebut tanpa penjelasan lebih lanjut dengan alasan privasi.
Situs web NK News juga mengutip seorang pejabat Korea Selatan yang mengatakan bahwa pria itu "memiliki kehidupan yang sulit" di rumah barunya di Seoul.
Pejabat itu menepis kekhawatiran bahwa mantan pembelot itu bisa jadi mata-mata Korea Selatan, dengan mengatakan pria itu tidak memiliki pekerjaan yang akan memberinya akses ke informasi sensitif.
Militer Korea Selatan, yang mendapat kecaman karena pelanggaran perbatasan, telah meluncurkan penyelidikan tentang bagaimana pria Korea Utara itu menghindari penjaga meskipun tertangkap kamera pengintai beberapa jam sebelum melintasi perbatasan.
Sementara itu, pejabat Korea Utara belum mengomentari insiden tersebut.
Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa polisi di distrik Nowon, Seoul Utara yang memberikan perlindungan keselamatan dan perawatan lain kepada pembelot itu telah menyuarakan keprihatinan pada bulan Juni atas kemungkinan dia kembali ke Korea Utara.
Tetapi dikatakan, seruan itu tidak mendapat respon karena dinilai kurang bukti.
Polisi Korea Selatan pun menolak berkomentar mengenai hal ini.
Seorang pejabat di Kementerian Unifikasi Seoul yang menangani urusan lintas batas mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka yang kembali telah menerima dukungan pemerintah untuk keselamatan pribadi, perumahan, perawatan medis, dan pekerjaan.