Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kekejaman Junta Militer Myanmar Mengingatkan pada Pembantaian Etnis Muslim Rohingya, Sengeri Ini Kondisinya!

Rifka Amalia - Rabu, 10 November 2021 | 10:31
Junta militer Myanmar
@myanmar.tatmadaw

Junta militer Myanmar

Baca Juga: 'Sampai Kiamat Tidak Ku Maafkan!', Terjadi Perang Mematikan Milisi vs Militer Myanmar, Sedikitnya 20 Tewas

Meningkatnya kekerasan

Sementara serangan militer mungkin berusaha untuk menghancurkan gerakan perlawanan, mereka tampaknya memiliki efek sebaliknya.

Pada tanggal 7 September, Pemerintah Persatuan Nasional, yang beroperasi di pengasingan, mengumumkan “perang defensif” terhadap pemerintah militer dan meminta orang-orang di seluruh negeri untuk “memberontak” melawan kediktatoran.

Di Thantlang, bentrokan mulai meningkat beberapa hari kemudian, dan pada 18 September, pasukan perlawanan mengklaim telah membunuh 30 tentara. Pada hari yang sama, militer membombardir kota dengan tembakan artileri, membakar 18 bangunan.

Baca Juga: 40 Mayat Bergelempangan di Hutan Myanmar setelah Pertempuran Lawan Militer, Terdeteksi Tanda Penyiksaan

Seorang pendeta yang bergegas memadamkan api ditembak mati, dan ketika penduduk setempat mengambil mayatnya, jari manisnya telah terputus.

Selama minggu-minggu berikutnya, tentara dan polisi menduduki kota. Empat orang ditembak, dua tewas, ketika mereka berusaha mengambil barang-barang atau mengantarkan makanan kepada mereka yang tertinggal, menurut Organisasi Hak Asasi Manusia Chin.

Pada tanggal 8 Oktober, outlet media lokal The Irrawaddy melaporkan bahwa militer telah mengerahkan sekitar 3.000 tentara ke Chin, Sagaing dan Magway, sementara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menggambarkan “laporan yang mengkhawatirkan” yang mengindikasikan “pengerahan besar senjata berat dan pasukan” di beberapa kecamatan di daerah tersebut.

Ketua Pasukan Pertahanan Chinland (CDF) – Thantlang, yang akrab dipanggil Romoe Lian, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pada pagi hari tanggal 29 Oktober, para pejuang CDF yang dipersenjatai dengan senapan berburu satu tembakan yang dikenal sebagai senjata tumee bergerak di hutan untuk melindungi kota dari penjarahan.

Baca Juga: Indonesia Desak Myanmar Setujui Pengangkatan Utusan Khusus ASEAN, Burma Disiksa Tindakan Keras Mematikan

Ketika dua tentara masuk ke sebuah rumah lokal, pejuang CDF melepaskan tiga tembakan, menewaskan satu tentara. Pasukan militer membalas dengan artileri dan tembakan, dan CDF mundur.

Source : Al Jazeera

Topic :Kudeta Myanmar

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x