"Separatisme kemerdekaan Taiwan adalah hambatan terbesar untuk mencapai penyatuan kembali tanah air, dan bahaya tersembunyi paling serius bagi peremajaan nasional," katanya pada peringatan revolusi yang menggulingkan dinasti kekaisaran terakhir pada tahun 1911 seperti dilansir Reuters, Sabtu (9/10).
Xi menuturkan reunifikasi yang damai paling sesuai dengan kepentingan keseluruhan rakyat Taiwan, tetapi ia juga menegaskan bahwa China akan melindungi kedaulatan dan persatuan negeri China.
"Tidak ada yang boleh meremehkan tekad teguh, kemauan keras, dan kemampuan kuat rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial," kata Xi.
Menurut Xi, penyatuan kembali dengan Taiwan adalah tugas sejarah yang harus dipenuhi. "Dan pasti akan dipenuhi," ucapnya.
Xi menyerukan penyatuan dengan Taiwan sedikit lebih lembut daripada pada bulan Juli lalu, pidato terakhirnya yang menyebutkan Taiwan, di mana Xi bersumpah untuk menghancurkan setiap upaya kemerdekaan formal.
Pada 2019, ia secara langsung mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendali Beijing.
Namun, pidato itu direspons negatif di Taiwan. Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan mereka adalah negara merdeka yang berdaulat, bukan bagian dari Republik Rakyat China, dan dengan jelas menolak tawaran China untuk satu negara, dua sistem untuk memerintah pulau itu.
"Masa depan bangsa ada di tangan rakyat Taiwan," kata kantor itu.
Dalam pernyataan terpisah, Dewan Urusan Daratan Taiwan yang membuat kebijakan China meminta Beijing untuk meninggalkan langkah-langkah intrusi, pelecehan, dan penghancurannya yang provokatif dan kembali ke pembicaraan.
Angkatan udara China melakukan serangan empat hari berturut-turut ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan mulai 1 Oktober, yang melibatkan hampir 150 pesawat, meskipun misi tersebut telah berakhir. Xi tidak menyebutkan penerbangan itu.