Sosok.ID– Walaupun telah menjadi jasad yang membeku, ia masih punya kharisma. Junta militer sampai menyembunyikan jasadnya agar tak menjadi simbol kebangkitan kaum Peronis.
Maka tak heran, mumi ini mengembara selama 13 tahun sebelum akhirnya menemukan ketenangannya yang abadi.
Tulisan Rainer Fabian dan Thomas Hopker yang dialihbahasakan oleh Anglingsari ini dimuat dalam Majalah Intisari edisi April 1997 dengan judul Evita Legenda Kupu-kupu Baja menggambarkannya.
Kematiannya di bulan Juli 1952 merupakan duka seluruh bangsa Argentina. Tua, muda, laki, perempuan, seperti terpuruk dalam nestapa yang dalam.
Beberapa yang tak bisa menerima kenyataan masih melakukan berbagai upaya. Mereka berharap Evita dapat menghalau kematian. Ada yang berupaya menjunjung karung jagung yang berat, memasak mi, atau berlomba lari sampai memecahkan rekor.
Bahkan seorang penari mempersembahkan tango dalam 127 jam tanpa henti, seorang pemain biliar terus-terusan menyodok bola di lapangan Basilika sampai 1.500 sodokan.
Dua wanita, bertindak seperti martir, berkeliling Plaza de Mayo sambil berlutut mulai pukul 05.45 - 10.30 tanpa peduli tempurung lututnya robek.
Di seluruh negeri, di jalan-jalan, di gubuk-gubuk, dibuat altar bagi Sang Bunda Argentina. Di altar, foto Evita dikelilingi bunga dan nyala lilin sambil dikelilingi orang-orang yang berdoa.
Setelah gelombang kedukaan lewat, Evita masih tetap berada di hati pemujanya. Foto-fotonya tergantung di rumah-rumah penduduk. Mereka percaya foto itu bisa memberikan angin segar dari surga. Wanita berdaya tarik hebat ini digambarkan sebagai seorang santa yang kepalanya dilingkari aura cahaya yang besar sekali.