"Orang-orang seperti saya ... kami selamanya menerima pesan dan teks dari teman-teman Afghanistan kami yang sangat menyedihkan. Kami menjalani ini dengan cara yang paling menyakitkan," kata Carter.
Di sisi lain, Perdana Menteri Boris Johnson memuji angkatan bersenjata Inggris.
"Saya ingin berterima kasih kepada semua orang yang terlibat dan ribuan orang yang mengabdi selama dua dekade terakhir. Anda bisa bangga dengan apa yang telah Anda capai," katanya.
Carter bahkan mengatakan Inggris dan sekutunya mungkin akan bekerja sama dengan Taliban di masa depan untuk mengatasi ancaman dari kelompok militan Islam.
Kelompok itu, musuh kedua negara Barat dan Taliban, mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis yang menewaskan puluhan orang, termasuk 13 anggota militer AS.
"Jika Taliban mampu menunjukkan bahwa mereka dapat berperilaku seperti pemerintah normal akan berperilaku sehubungan dengan ancaman teroris, kita mungkin menemukan bahwa kita (dapat) beroperasi bersama," kata Carter kepada Sky News.
"Tapi kita harus menunggu dan melihat. Tentu saja beberapa cerita yang kita dapatkan tentang cara mereka memperlakukan musuh mereka berarti akan sangat sulit bagi kita untuk bekerja dengan mereka saat ini," tambahnya.
Johnson membahas situasi Afghanistan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel pada hari Sabtu, ketika kedua pemimpin sepakat bahwa negara-negara kaya Kelompok Tujuh harus mengambil pendekatan bersama untuk berurusan dengan pemerintah Taliban di masa depan.
"Perdana Menteri menekankan bahwa setiap pengakuan dan keterlibatan dengan Taliban harus bergantung pada mereka yang memungkinkan perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin meninggalkan negara itu dan menghormati hak asasi manusia," kata kantor Johnson. (*)