“Jangan melihat benua Australia tetapi kerak benuanya. Nah bagian New Guinea sekarang kan sudah bertabrakan dengan Lempeng Pasifik-Carolina,” jelasnya.
Terkait informasi mengenai akan adanya gempa besar akibat tabrakan lempeng Australia dan Indonesia nantinya, ia menekankan, selama ini gempa baik di Indonesia maupun di negara-negara lain memang sudah disebabkan dua hal yakni tabrakan lempeng dan pergerakan magma di bawah kawah.
Dan pada dasarnya ia mengatakan sudah sejak puluhan hingga ribuan tahun lalu wilayah di Indonesia seperti Sumatera, selatan Jawa-Bali-NTB-NTT atau utara Bali-Lombok-NTB-NTT mengalami gempa bumi.
Bergerak sejak awal bumi terbentuk
Sementara itu terpisah, Eko Teguh Paripurno selaku Koordinator Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta memaparkan, mendekatnya Australia ke Indonesia adalah sesuatu yang biasa.
“Jadi, mendekatnya Australia ke Jawa itu suatu hal yang biasa. Video itu saja menyajikan secara berlebihan,” ujar Eko saat dihubungi Kompas.com, Minggu (18/7/2021).
Ia menerangkan, lempeng benua memang bergerak satu dengan lainnya sejak awal bumi terbentuk. Dahulu lempeng tersebut menjadi satu yang disebut dengan “Pangea” yang kemudian berpencar satu dengan lainnya.
“Dampaknya sudah kita rasakan selama ini dengan adanya jalur-jalur gempa dan jalur gunung api yang kita sebut cincin api,” ujarnya.
Adapun Lempeng Hindia-Australia yang bertemu dengan Lempeng Asia, membentuk jalur gunungapi dan jalur gempa di Indonesia.
Ia mengatakan lempeng bisa berpapasan, saling menjauh, dan saling bertabrakan. Menurutnya arus konveksi adalah penyebab lempeng-lempeng tersebut bergerak. Adapun pergerakan menurutnya lempeng Australia ke Indonesia adalah sekitar 4,1 sampai 5,5 cm per tahun. (*)