news.com.au melaporkan, Beijing menolak kehadiran Prancis karena memberikan "bantuan" kepada AS yang tidak memiliki "kepentingan inti di Pasifik Barat".
Jepang dituduh memiliki "pola pikir Perang Dingin yang ketinggalan zaman dan hanya akan membangun perpecahan dan konfrontasi".
Dan "militer Australia terlalu lemah untuk menjadi lawan yang layak bagi China, dan jika berani campur tangan dalam konflik militer, misalnya di Selat Taiwan, pasukannya akan menjadi yang pertama diserang," kata Song.
Juru bicara kementerian luar negeri Beijing Hua Chunying mengatakan, manuver itu "tidak berdampak" pada China.
"Apakah ada yang benar-benar berpikir latihan bersama yang bertujuan untuk menekan China ini benar-benar akan membuat China takut?" dia berkata.
“Latihan gabungan ini tidak berdampak sama sekali pada China. Itu hanya menghabiskan biaya bahan bakar," lanjutnya.
Tak lama kemudian, tiga kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAN) melewati Selat Miyako - antara pulau Miyako dan Okinawa Jepang.
Ini adalah "satuan tugas pengawalan rutin" dan bukan "tanggapan terhadap latihan militer gabungan", kata media pemerintah yang dikendalikan Partai Komunis China.
Kapal perusak Tipe 052D Nanjing, fregat Tipe 054A Yangzhou dan kapal pemasok Tipe 903A Gaoyouhu menuju Teluk Aden untuk bergabung dengan patroli anti-pembajakan di lepas pantai Somalia.
Beijing berdalih, apa uyang dilakukan militer China sangat normal dan tak berkaitan dengan latihan bersama para musuhnya.