Gambar di Myawaddy TV pada hari Kamis menunjukkan Phoe Thaw berada di atas tandu, dengan kaki penuh luka dan luka bakar.
Seorang mantan kolega, yang identitasnya disembunyikan, dikutip dari Reuters mengatakan, bom rakitan itu ditinggalkan di tempat parkir mobil gym oleh seorang polisi yang menyamar sebagai warga sipil.
Insiden itu terjadi beberapa hari setelah militer melaporkan lima orang, termasuk seorang politisi di partai Suu Kyi, tewas dalam ledakan di wilayah Bago, dengan bahan pembuat bom ditemukan dari tempat kejadian.
Outlet media Irrawaddy dan Suara Demokratik Burma pada hari Kamis mengatakan seorang administrator pemerintah lokal ditikam sampai mati di Mandalay, pembunuhan kedua minggu ini, setelah penikaman fatal seorang pejabat yang ditunjuk junta di Yangon.
Baca Juga: PBB Harus Ambil Tindakan, Myanmar Terancam Perang Saudara Berdarah
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok pemantau yang dilarang oleh militer, setidaknya 769 orang telah tewas dan hampir 3.700 ditahan oleh militer Myanmar sejak kudeta.
Kabar mengenai jumlah korban sulit untuk dikonfirmasi, sebab junta membatasi media dan bahkan menangkapi para wartawan.
Organisasi berita di negara itu juga diperintahkan ditutup, yang dianggap oleh junta sebagai pemicu kerusuhan.
Junta melarang penerima televisi satelit pada hari Selasa untuk memblokir siaran luar, menambah pembatasan berbulan-bulan pada layanan internet.
Baca Juga: Aneh, Saat Militer Myanmar Bantai Warganya, Rusia Malah Jalin Kerjasama Pertahanan dengan Naypyidaw
Lebih dari 200 kelompok masyarakat sipil pada hari Rabu (5/5) mendesak Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan embargo senjata di Myanmar, seruan terbaru untuk tindakan global terhadap para jenderal, yang secara historis tahan terhadap kritik internasional.