Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Andai KRI Nanggala 402 Dilengkapi AIP, Para Awak Kapal Bisa Bertahan Lebih Lama Saat Menyelam

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Kamis, 29 April 2021 | 16:53
KRI Nanggala-402. Andai KRI Nanggala 402 Dilengkapi AIP, Para Awak Kapal Bisa Bertahan Lebih Lama Saat Menyelam
(KOMPAS/DWI BAYU RADIUS)

KRI Nanggala-402. Andai KRI Nanggala 402 Dilengkapi AIP, Para Awak Kapal Bisa Bertahan Lebih Lama Saat Menyelam

Sosok.ID - KRI Nanggala-402 yang dikabarkan hilang kontak sampai Sabtu (24/4/2021) dan baru ditemukan beberapa hari setelah operasi pencarian gabungan dilakukan.

KRI Nanggala-402 saat itu hanya punya waktu 72 jam sejak hilang kontak dari Rabu (21/4/2021) pukul 03.00 WIB.

Jangka waktu tersebut merupakan perkiraan habisnya cadangan oksigen di dalam kapal selam tersebut.

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com dan Kompas TV, Mayjen Achamd Riad menduga posisi KRI Nanggala-402 saat ini sudah diam dan tak ada suara.

Baca Juga: Penyesalan Vladimir Putin Tak Bisa Bantu Pencarian KRI Nanggala-402, Rusia Tawarkan Bantuan Lain, Dari Pengadaan Kapal Selam Baru Hingga Pertukaran Tentara: Untuk Strategi Pertahanan

Hingga untuk mendeteksi keberadaan KRI Nanggala-402 dibutuhkan teknologi sonar.

Sejumlah armada dengan teknologi sonar pun telah dikerahkan untuk melakukan pencarian KRI Nanggala-402.

"Karena kebetulan kapal selam sudah diam, tak ada suara sehingga hanya sonar yang bisa menangkap," kata Mayjen Achamd Riad seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas TV, Sabtu (24/4/2021).

Setidaknya ada 21 kapal yang dikerahkan untuk mencari kapal selam buatan Jerman tersebut.

Baca Juga: Kapal Selam U-214 Calon Pengganti KRI Nanggala-402, Dilengkapi Fitur AIP Terintegrasi Penuh untuk Seluruh Operasi dan Misi Modern

Insiden menghilangnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang diduga karena alami keadaan Blackout.

Keadaan tersebut membuat kapal selam harus segera ditemukan dalam jangka waktu 72 jam setelah dinyatakan menghilang.

Hal itu berkaitan dengan ketersediaan oksigen di dalam kapal untuk para awak yang bertugas.

Namun ternyata kini telah ada teknologi yang dapat membantu kapal selam untuk bisa bertahan lebih lama saat menyelam tanpa takut kehabisan cadangan oksigen.

Baca Juga: Bak Berkaca dari Insiden KRI Nanggala 402, Indonesia Ditawari Bantuan Alat Canggih hingga Kerja Sama Militer dari Rusia, Sempat Singgung Pengadaan Alutsista

Teknologi terbaru tersebut diberi nama Air Independent Propulsion (AIP).

Melansir dari Sciencedirect.com, Kamis (29/4/2021) teknologi ini memungkinkan kapal selam mampu merubah karbondioksida di dalam deck kapal menjadi oksigen.

Dalam laporan dari hasil penelitian tersebut, banyak kapal selam yang beroperasi sekarang ini memang hanya membawa sedikit persediaan oksigen bagi awak kapalnya.

Hal itu dikarenakan tempat penyimpanan yang tidak memadahi untuk membawa tabung menyimpan oksigen dengan skala besar.

Baca Juga: Kekuatan Indonesia Berkurang Setelah Insiden KRI Nanggala-402, Tiongkok Langsung Kirim 3 Kapal Perang Perbatasan Natuna, Ambisi Kuasai Laut China Selatan Kembali Gencar Dilakukan!

Hadirnya sistem AIP ini disebut menjadi solusi tepat bagi kapal selam saat ini untuk bisa membuat awak kapal merasa lebih aman dan tenang.

Sebab sistem AIP ini mampu menjadi sumber tenaga bersih yang merubah karbondioksida menjadi oksigen.

Gas yang dihasilkan tersebut bisa membantu dalam pergerakan mesin kapal selam seperti KRI Nanggala-402 menggunakan diesel listrik.

Baca Juga: Dalam Sekejap Bisa Sampai Dasar Laut, Mantan Awak KRI Nanggala-402 Ungkap Momen Alami Blackout: 10 Detik Merosot 90 Meter

Oleh sebab itu butuh oksigen sebagai unsur pembakaran yang membuat diesel sebagai penggerak bisa beroperasi.

Meski demikian sistem AIP yang bisa menjadi jalan keluar bagi kapal selam agar bisa bertahan lebih lama saat menyelam ini memang belum terlalu populer.

Hal itu bukan tanpa alasan, banyak negara kini lebih memilih sistem penggerak nuklir untuk mengoperasikan kapal selam ketimbang pembakaran diesel listrik yang membutuhkan oksigen.

(*)

Source :Kompas.comKompas TV sciencedirect.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x