Follow Us

Andai KRI Nanggala 402 Dilengkapi AIP, Para Awak Kapal Bisa Bertahan Lebih Lama Saat Menyelam

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Kamis, 29 April 2021 | 16:53
KRI Nanggala-402. Andai KRI Nanggala 402 Dilengkapi AIP, Para Awak Kapal Bisa Bertahan Lebih Lama Saat Menyelam
(KOMPAS/DWI BAYU RADIUS)

KRI Nanggala-402. Andai KRI Nanggala 402 Dilengkapi AIP, Para Awak Kapal Bisa Bertahan Lebih Lama Saat Menyelam

Keadaan tersebut membuat kapal selam harus segera ditemukan dalam jangka waktu 72 jam setelah dinyatakan menghilang.

Hal itu berkaitan dengan ketersediaan oksigen di dalam kapal untuk para awak yang bertugas.

Namun ternyata kini telah ada teknologi yang dapat membantu kapal selam untuk bisa bertahan lebih lama saat menyelam tanpa takut kehabisan cadangan oksigen.

Baca Juga: Bak Berkaca dari Insiden KRI Nanggala 402, Indonesia Ditawari Bantuan Alat Canggih hingga Kerja Sama Militer dari Rusia, Sempat Singgung Pengadaan Alutsista

Teknologi terbaru tersebut diberi nama Air Independent Propulsion (AIP).

Melansir dari Sciencedirect.com, Kamis (29/4/2021) teknologi ini memungkinkan kapal selam mampu merubah karbondioksida di dalam deck kapal menjadi oksigen.

Dalam laporan dari hasil penelitian tersebut, banyak kapal selam yang beroperasi sekarang ini memang hanya membawa sedikit persediaan oksigen bagi awak kapalnya.

Hal itu dikarenakan tempat penyimpanan yang tidak memadahi untuk membawa tabung menyimpan oksigen dengan skala besar.

Baca Juga: Kekuatan Indonesia Berkurang Setelah Insiden KRI Nanggala-402, Tiongkok Langsung Kirim 3 Kapal Perang Perbatasan Natuna, Ambisi Kuasai Laut China Selatan Kembali Gencar Dilakukan!

Hadirnya sistem AIP ini disebut menjadi solusi tepat bagi kapal selam saat ini untuk bisa membuat awak kapal merasa lebih aman dan tenang.

Sebab sistem AIP ini mampu menjadi sumber tenaga bersih yang merubah karbondioksida menjadi oksigen.

Gas yang dihasilkan tersebut bisa membantu dalam pergerakan mesin kapal selam seperti KRI Nanggala-402 menggunakan diesel listrik.

Source : Kompas.com, Kompas TV, sciencedirect.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest