"Saya telah mendengar bahwa kita tidak akan kena apa-apa jika kita minum (air limbah PLTN Fukushima),” kaya Aso sebagaimana dilansir The Japan Times.
Di sisi lain, Zhao menyindir bahwa Jepang harusnya berkaca pada penyakit Minamata sebelum akhirnya memutuskan untuk membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.
Penyakit Minamata muncul pada akhir 1950-an yang disebabkan air yang tercemar merkuri yang dibuang ke laut oleh pabrik kimia Chisso Corp di kota pesisir Minamata, Prefektur Kumamoto.
Penyakit tersebut melumpuhkan sistem saraf pusat manusia dan memicu cacat lahir.
Penduduk setempat mengalami gejala aneh seperti gemetar, kejang, kesulitan berjalan, berkurangnya pendengaran, kelumpuhan, hingga kematian.
Menurut pemerintah Jepang, 1.784 orang mati karena penyakit Minamata dan puluhan ribu lainnya menderita gejala berat.
"Jepang tidak boleh melupakan tragedi sejarah," imbuh Zhao.
Baca Juga: Mau Apa Taiwan? China Terbangkan Pesawat Pembom Nuklir untuk Provokasi Perang
Dia juga mendesak Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga untuk tidak membuang air radioaktif ke laut tanpa seizin negara lain dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Selain China, Korea Selatan dan Taiwan juga menolak keputusan Jepang yang akan membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.
Negara-negara itu beralasan bahwa air limbah tersebut akan merusak lingkungan laut, keamanan pangan, dan kesehatan manusia.