Ketidakadilan tersebut pertama kali dirasakannya saat kerusuhan demonstrasi menuntut adanya dugaan kecurangan pilpres di Kantor Bawaslu, Sarinah, Jakarta Pusat pada 21-22 Mei 2019 lalu.
"Saya Zulaimi Agus, saya belajar TATP atau Aseton Peroksida sejak pasca kerusuhan Mei 21 - 22 di depan Bawaslu."
"Saya belajar membuat bahan tersebut dari blog blog internet dengan cara mengaktifkan VPN," kata dia.
Dengan bom yang dirakitnya tersebut, Zulaimi Agus meyakini dapat membalas tindakan oknum aparat yang melakukan kekerasan terhadap para demonstran.
"Motivasi saya membuat TATP, saya merasa negara ini tidak ada keadilan."
"Saya ingin membalas, sebelum membalas saya ingin menegakan keadilan dengan cara saya sendiri atas tindakan aparat Brimob yang bertindak sewenang-wenang terhadap demonstran Bawaslu 2019," ujar dia.
Bahkan Agus mengakui, dia telah mengajarkan cara merakit bom kepada sejumlah terduga teroris.
Mereka tururt diciduk Densus 88 Antiteror di Jakarta-Bekasi.
Baca Juga: Grafolog Bongkar Makna Tersembunyi Tulisan Tangan Surat Wasiat Terduga Teroris ZA
Zulaimi Agus mengatakan, dia mengajarkan keahliannya itu di rumah terduga teroris lainnya berinisial HH di Condet, Jakarta Timur.
"Saya mengajarkan cara pembuatan TATP tersebut kepada HH, Jery, Malik, Naufal dan Bang Jun di rumah HH di garasi," jelas dia.