Oleh aksi yang dilakukan suster Ann Nu Thawng ini, setidaknya ratusan demonstran tak jadi diamankan oleh pihak kepolisian.
“Hari ini (Minggu), kerusuhan parah melanda seluruh negeri. Polisi menangkap, memukuli, dan bahkan menembaki rakyat,” tulis Maung Bo.
“Dengan berurai air mata, suster Ann Nu Thawng memohon dan menghentikan polisi untuk berhenti menangkap para pengunjuk rasa,” imbuh Maung Bo.
Melansir dari Kompas.com, hari Minggu (28/2/2021) adalah hari yang paling berdarah dalam sejarah Myanmar.
Hal itu dilaporkan setelah demo penolakan kudeta militer berubah menjadi kerusuhan.
Junta militer mengatakan, seorang polisi disebut tewas dalam kerusuhan seperti yang dilansir dari Reuters.
Dunia internasional juga mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan polisi Myanmar untuk membubarkan aksi protes pada Minggu.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada Minggu, mengecam tindakan junta militer sebagaimana dilansir Al Jazeera.
"Penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa damai dan penangkapan sewenang-wenang tidak dapat diterima," kata Dujarric.