Ia menambahkan, para suami di desa ini tewas karena dibunuh oleh harimau liar yang berkeliaran di sekitar desa.
Kabar serangan harimau liar pada penduduk pun juga dikonfirmasi oleh kantor berita lokal.
Setidaknya pada April 2020 yang lalu, penduduk desa melaporkan sedikitnya ada 60 kali serangan harimau di daerah itu.
Serangan itupun dikabarkan semakin meningkat ketika para pria yang merantau ke luar daerah pulang ke desa.
Kepulangan para pria dari kota-kota besar itupun dikabarkan juga meninggal dunia setelah diserang oleh harimau.
Mereka kembali pulang kampung setelah melepas pekerjaan di kota-kota tersebut untuk kembali menjadi peternak madu maupun keluar dari pekerjaan sebelumnya.
Hal itu lantaran ada tawaran yang menggiurkan menjadi pencari madu yang bisa membuat perekonomian keluarga sedikit tertolong.
Setidaknya mereka bisa mendapatkan 700 rupee atau Rp 136.000 sebagai pengambil madu dibandingkan menjadi buruh di kota-kota besar yang hanya dihargai 200 rupee atau Rp 39.000.
Oleh alasan itulah para suami di desa tersebut nekat untuk memasuki kawasan hutan terlarang yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Namun mereka tak menghiraukan resiko yang mengintai mereka hingga bisa menyebabkan kematian yang berasal dari serangan harimau Bengal.