Pada April 2019, China menuduh Prancis masuk secara ilegal ke "perairan China" setelah kapal fregat Prancis, Vendémiaire, berlayar melalui Selat Taiwan.
Paris menyatakan angkatan lautnya transit di Selat Taiwan setidaknya setahun sekali tanpa masalah.
Hampir dua tahun kemudian, Prancis kembali ke kawasan itu, kali ini dengan kapal selam serang nuklir.
"Ini sinyal yang lebih kuat daripada kapal fregat pengintai," kata Jean-Dominique Merchet, koresponden pertahanan L'Opinion, di situs web surat kabar Prancis.
"Dalam konteks hubungan diplomatik global, ini adalah cara Prancis untuk menunjukkan bahwa mereka tidak takut akan keseimbangan kekuatan dengan China," kata Brisset.
Prancis berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai penjamin hak untuk bernavigasi secara bebas di perairan internasional.
"Ini adalah cara untuk memberi tahu mitra Australia, India, dan Jepang kami bahwa kami tidak hanya membuat pidato yang bagus. Prancis hanya akan memiliki kredibilitas di kawasan itu jika menunjukkan bahwa ia siap bertindak untuk mempertahankan prinsip-prinsipnya," jelas Bondaz.
Tidak ada tanggapan dari China soal patroli kapal selam nuklir Prancis ini.
(Kontan)