Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

China Semakin Diobok-obok, Prancis Bergabung dengan US Navy Tantang Perang Beijing

Seto Ajinugroho - Senin, 15 Februari 2021 | 22:00
China Semakin Diobok-obok, Prancis Bergabung dengan US Navy Tantang Perang Beijing
USNI News

China Semakin Diobok-obok, Prancis Bergabung dengan US Navy Tantang Perang Beijing

China mengklaim hampir semua Laut China Selatan. Sementara Taiwan, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam semuanya juga mengklaim sebagian dari kawasan itu, yang diyakini menyimpan cadangan minyak dan gas yang berharga.

Klaim Beijing diperdebatkan oleh Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa dan Asia.

Misi AS ke Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun lalu secara resmi menyerahkan catatan diplomatik ke kantor Sekretaris Jenderal PBB bahwa klaim maritim China di Laut China Selatan yang disengketakan "tidak sesuai dengan hukum internasional".

Pada bulan Januari lalu, Jepang, bergabung dengan beberapa negara termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Malaysia, Australia, Indonesia, Vietnam dan Filipina, membuat pengajuan serupa ke PBB.

Dalam konteks geopolitik maritim yang semakin tegang ini, Prancis ingin menyatakan kembali bahwa ia memiliki kepentingannya sendiri yang harus diwaspadai di kawasan tersebut.

Baca Juga: Tertohok Tepat di Muka, Ajun Perwira Syok Dengar Jennifer Jill Bosan dan Ingin Selingkuh, Bukti Cinta Mati Meski Nikahi Janda Beda Usia 17 Tahun dan Bahkan Tak Bakal Kecipratan Harta

Pada tahun 2019, Kementerian Pertahanan Prancis merilis laporan berjudul "Prancis dan Keamanan di Indo-Pasifik" yang mengingatkan bahwa sekitar 1,5 juta warga Prancis tinggal antara Djibouti di semenanjung Afrika Timur dan wilayah luar negeri Polinesia Prancis.

Artinya, Paris memandang zona Indo-Pasifiknya membentang dari Teluk Aden hingga ke luar Australia. Namun Laut China Selatan tidak termasuk dalam laporan tersebut.
"Dari sudut pandang hukum, sangat dapat diterima untuk angkatan laut Prancis, dalam konteks operasinya di seluruh dunia, untuk berlayar ke sana," kata Antoine Bondaz, seorang peneliti spesialis Asia di Foundation for Strategic Research.

Pada April 2019, China menuduh Prancis masuk secara ilegal ke "perairan China" setelah kapal fregat Prancis, Vendémiaire, berlayar melalui Selat Taiwan.

Baca Juga: 'Muak' dengan Tabiat Istri, Raffi Ahmad Ancam Laporkan Nagita Slavina ke Polisi

Paris menyatakan angkatan lautnya transit di Selat Taiwan setidaknya setahun sekali tanpa masalah.

Hampir dua tahun kemudian, Prancis kembali ke kawasan itu, kali ini dengan kapal selam serang nuklir. "Ini sinyal yang lebih kuat daripada kapal fregat pengintai," kata Jean-Dominique Merchet, koresponden pertahanan L'Opinion, di situs web surat kabar Prancis.

Source : kontan

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x