"Yang jelas saya tidak pilih vaksin yang diumumkan pemerintah, karena mereka sudah terlanjur menciptakan vaksin itu di dalam pro dan kontra," ungkap Pigai.
"Saya pergi cari saya bisa beli sendiri, mau 10 juta, 20 juta yang penting saya bisa hidup, tapi saya kasih vaksin itu ke dokter Indonesia karena kita juga ikuti nasionalisme," tambahnya.
Bagi Pigai, untuk hal yang menyangkut hak hidupnya, entah sehat atau tidak akan ditentukan oleh dirinya sendiri. (*)