Sosok.ID - Kisah pendaratan darurat pesawat Garuda di anak sungai Bengawan Solo tanpa roda dan menjulurkan sayap, telah memasuki tahun ke-19 di Januari 2021.
Tepatnya pada 16 Januari 2002, pesawat B737-300 Garuda Indonesia penerbangan GA421 itu melakukan pendaratan setelah mesinnya mati saat sedang terbang.
Pesawat itu menembus badai hujan dan es, berusaha menghindari awan hitam dengan petir.
Pesawat rute Lombok - Yogyakarta itu membawa 54 penumpang dan 6 kru.
Seluruh penumpang selamat, tetapi seorang kru awak kabin ditemukan tewas, diduga akibat benturan saat pesawat mendarat.
Peristiwa itu menghasilkan salah satu masukan yang penting untuk dunia penerbangan, khususnya pabrikan mesin pesawat berdasar investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Namun sebelum melompat ke kesimpulan hasil investigasi dan rekomendasi KNKT, mari mengulas kembali kisah keajaiban yang terjadi 15 tahun yang lalu itu.
GA421 dijadwalkan terbang dari Selaparang, Mataram, pada pukul 15.00 WITA.
Pesawat B737-300 registrasi PK-GWA yang dipiloti oleh Kapten Abdul Rozak itu kemudian menuju ketinggian jelajah 31.000 kaki.
Pesawat dijadwalkan tiba di Yogyakarta sekitar pukul 17.30 WIB.