Boris menambahkan, beberapa tahun lalu memang ada pemotongan anggaran cukup besar yang dialokasikan pada peningkatan militer Inggris.
Namun era itupun kini telah diakhiri oleh sang Perdana Menteri.
"Era pemotongan anggaran pertahanan kita harus berakhir, dan itu berakhir sekarang," kata Johnson kepada parlemen melalui tautan video dari kantornya di Downing Street, tempat dia mengisolasi diri setelah kontak dengan seseorang yang dinyatakan positif Covid-19, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Bangun Sistem Nuklir Selama 20 Tahun, China Siap Tandingi Amerika
"Saya melakukan ini di tengah pandemi, di tengah setiap tuntutan lain atas sumber daya kami, karena pertahanan wilayah dan keselamatan rakyat Inggris harus diutamakan," tegasnya.
Apalagi kini Inggris menjadi kekuatan militer utama diantara sekutunya seperti Amerika Serikat (AS) dan Perancis.
Termasuk saat berada di medan perang di Irak dan Afganistan beberapa tahun lalu.
Tetapi, pemungutan suara 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa telah membuat peran globalnya tidak pasti, saat China sedang bangkit dan Presiden Donald Trump telah meragukan dukungan AS untuk sekutu tradisionalnya.
Pengumuman tambahan anggaran militer datang hanya seminggu setelah Johnson berjanji kepada Presiden AS terpilih Joe Biden bahwa Inggris bertekad untuk tetap menjadi sekutu militer yang berharga.
Christopher Miller, penjabat Kementerian Pertahanan AS dalam Pemerintahan Trump, menyambut baik pengeluaran ekstra militer Inggris tersebut.
"Inggris adalah sekutu kami yang paling kuat dan cakap, dan peningkatan pengeluaran ini menunjukkan komitmen mereka kepada NATO dan keamanan bersama kami," ujarnya kepada Reuters.