Sosok.ID - Sebuah pernyataan mengejutkan datang dari Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Robert O'Brien baru-baru ini.
Ungkapan itu diucapkan oleh O'Brien beberapa hari setelah sejumlah kapal perang NATO masuki wilayah Laut Hitam.
O'Brien mengatakan bahwa negaranya siap mengerahkan rudal jarak menengah dan pendek untuk dikirim ke Eropa dalam waktu dekat ini.
Hal itu dilakukan oleh AS sebagai salah satu cara untuk menghalangi Rusia.
Bahkan AS juga tengah serius untuk mengambil langkah di kawasan Indo-Pasifik dalam ketegangannya dengan China.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh O'Brien meski tak merupaka pihak tak ada dalam Perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah (INF).
"China telah mengerahkan ribuan rudal yang ditujukan ke sekutu AS dan dapat digunakan untuk melawan Angkatan Laut AS," kata Robert O'Brien dalam pidatonya di Institut Hudson, Washington, Rabu (28/10), seperti dikutip TASS.
Langkah yang diambil oleh negeri Paman Sam itupun disebut sebagai langkah yang sembrono.
Bahkan Kementerian Luar Negeri Rusia pada hari Kamis (29/10/2020) mengatakan kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh AS untuk mencegah mereka.
"Mempertimbangkan pernyataan politisi AS, saya ingin menyarankan elit politik Amerika Serikat untuk mencegah dirinya sendiri daripada mencegah Rusia," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova seperti dilansir TASS.
"Ketekunan Amerika Serikat dalam upayanya untuk menciptakan prasyarat bagi kemunculan krisis rudal baru di Eropa dapat menyebabkan kebingungan yang mendalam," imbuh dia.
Baca Juga: Uji Nyali Ganggu Angkatan Laut Rusia, Armada Gabungan NATO Masuki Laut Hitam
Menurut Zakharova, apa yang dilakukan oleh AS tersebut justru tidak memperkuat posisi negara tersebut bersama sekutunya.
"Satu-satunya hal yang berhasil dihalangi Washington dengan metode semacam itu berkaitan dengan upaya lemah orang Eropa untuk menunjukkan kemerdekaan, dan mencoba membangun hubungan konstruktif dengan Rusia dalam bidang keamanan dan stabilitas," katanya.
"Secara keseluruhan, inilah tujuan yang dikejar Washington sekarang," sebut Zakharova.
Dia menegaskan, penyebaran rudal jarak menengah dan pendek yang sebelumnya dilarang oleh Perjanjian INF akan menjadi langkah yang sangat berisiko dan tidak stabil.
Oleh karena itu, beberapa waktu lalu Rusia langsung mengambil sikap mengenai perjanjian yang cukup beresiko tersebut.
Bahkan langkah yang diambil Rusia cukup berani dengan alasan untuk menjaga keamanan.
"Inilah mengapa Rusia mendeklarasikan moratorium sepihak untuk penggunaan senjata semacam itu di kawasan di mana sistem serupa buatan AS tidak akan ada. Komitmen kami tetap berlaku sepenuhnya," ujar dia.
Dengan apa yang terjadi meski masih dalam masa pandemi seperti sekarang ini, publik dunia seperti dihadapkan dengan dua pilihan yang tak pasti.
Perseteruan yang terjadi antara beberapa negara dengan kekuatan militer besar di dunia ini juga mengancam terjadinya perang dunia III yang ditakutkan oleh banyak pihak.
(*)