Bahkan Rusia telah mencoba dan mengeluarkan perjanjian senjata baru, meski dihadapkan dengan tuduhan campur tangan pemilu AS yang sedang berlangsung.
Tak hanya itu saja, Rusia juga disebut-sebut menjadi dalang dalam ketegangan militer yang terjadi di Eropa bagian Timur dan Timur Tengah.
Dailymail.co.uk memberitakan, saat ditanya apakah persatuan militer antara Moskow dan Beijing itu mungkin, Putin menjawab, "Kami tidak membutuhkannya, tetapi, secara teoritis, sangat mungkin untuk membayangkannya."
Rusia dan China memuji 'kemitraan strategis' mereka, tetapi sejauh ini menolak pembicaraan tentang kemungkinan membentuk aliansi militer.
Kekuatan gabungan militer Rusia dan China - yang menempati peringkat kedua dan ketiga pada Indeks Kekuatan global (PwrInx) dan hanya di belakang Amerika Serikat - akan mengerdilkan militer saingan barat mereka dalam sejumlah kategori utama.
China sudah memiliki jumlah terbesar dari pasukan aktif (2.183.000) dan pasukan darat (1.000.000) karena populasinya yang besar.
Sementara Rusia memiliki 900.000 pasukan aktif Rusia dan 400.000 pasukan darat.
Jika ditotal, tentara gabungan China-Rusia masing-masing 3.083.00 dan 1.400.000.
Amerika Serikat, sementara itu, memiliki 1.372.000 tentara aktif dan 475.000 tentara darat.
AS juga akan memiliki lebih sedikit kendaraan lapis baja, kendaraan artileri roket, jet tempur, dan kapal selam.