Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kisah Manusia 2 Abad, Teman Ritual Pak Karno di Hutan Belantara, Saksi 200 Tahun Perubahan Indonesia: Saya Ini Flu Saja Nggak Pernah

Rifka Amalia - Jumat, 02 Oktober 2020 | 18:42
Mbah Arjo dan rumah gubuknya.
TribunJatim.com/ Imam Taufiq

Mbah Arjo dan rumah gubuknya.

Tak cuma orang biasa, para pejabat dan pengusaha juga datang menemui mbah Arjo. Salah satunya yakni Heri Noegroho, Bupati Blitar dua periode 2005-2015. Mbah Arjo tetap hidup sederhana meski kerap dibanjiri tamu dari kalangan bukan orang biasa.

"Bahkan saya tahu sendiri, pernah diberi uang oleh seorang pejabat yang dibantunya. Namun mbah Arjo tak mau. Malah si pejabat itu diberi uang dollar, yang bentuknya masih baru dan asli. Oleh pejabat dollar itu diterimanya," tutur Widodo.

Baca Juga: 4 Presiden Indonesia Ini Selalu Guncangkan Dunia Internasional dengan Prestasinya, Ternyata Ketiganya Lahir di Bulan Juni, Begini Karakteristik Orang Lahir di Bulan Keenam!

Heri Noegroho, mengaku mengenal mbah Arjo dengan baik dan ia kagum dengan kesederhanan mbah Arjo.

"Dulu (saat masih jadi bupati), saya memang sering ke sana dengan naik sepeda motor. Selain ada kepentingan tersendiri dengan mbah Arjo, juga sekalian ingin mengenalkan destinasi wisata, yakni candi penemuan mbah Arjo (Candi Wringin Branjang) itu," tuturnya, Minggu (14/1/2018).

Kalau soal usia mbah Arjo, Heri Neogroho mengaku tak tahu pasti, namun ia yakin mbah Arjo sudah berusia 100 tahun lebih. Dari sosok mbah Arjo, Heri mengaku banyak mendapatkan pelajaran hidup.

"Mungkin dengan kondisinya seperti itu, ia jadi awet hidup karena tak berpikiran macam-macam," ujarnya.

Mbah Arjo mengaku telah mengalami peristiwa Gunung Kelud meletus sebanyak enam kali. Namun ia lupa detail tahunnya. Ia hanya mengingat letusan yang paling dashyat tahun 1990. Saat itu dirinya sudah tinggal di lereng gunung tersebut.

Baca Juga: Bagaimana Perayaan Lebaran Sebelum Indonesia Merdeka? Kisah Soekarno Muda Ini Gambarkan Tradisi Idul Fitri Jaman Penjajahan!

Saat Gunung Kelud meletus, ia tak mau dievakuasi dan tetap tinggal di gubuknya bersama anaknya. "Padahal saat itu ketebalan abunya di desa kami saja sampai 1 meter. Namun, ketika mbah Arjo mau dievakuasi, nggak mau.

Malah bilang saya nggak usah dievakuasi karena saya sudah kenal semua dan teman saya di sini banyak. Padahal di gubuknya itu, ia hanya tinggal berdua dengan anaknya. Namun katanya temannya banyak," papar Widodo.

Baru saat terjadi letusan Genung Kelud tahun 2014 lalu, mbah Arjo dan anaknya, dievakuasi paksa meski sempat menolak. Warga khawatir mbah Arjo terkena imbas dari letusan karena jika meluap, kali lahar akan lewat di depan tempat tinggal mbah Arjo.

Source :Kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x