Follow Us

Rusia Selicik China, Berupaya Guncang Dunia dengan Kabar Bohong Vaksin Corona Demi Menang Tanpa Berperang, Inggris Murka!

Rifka Amalia - Kamis, 01 Oktober 2020 | 18:00
Ilustrasi vaksin covid-19
freepik

Ilustrasi vaksin covid-19

Sosok.ID - Kepala militer Inggris mengatakan, Rusia telah menyebarkan kebohongan tentang vaksin covid-19.

Baik China dan Rusia berusaha merusak kohesi di barat, katanya.

Ia mengklaim bahwa Rusia sedang berusaha untuk mengguncang negara-negara di seluruh dunia dengan menyebarkan disinformasi tentang vaksin virus corona yang dibagikan dengan cepat di media sosial.

Dikutip dari The Guardian, Kamis (1/10/2020), Jenderal Sir Nick Carter, kepala staf pertahanan mengatakan, taktik propaganda mencerminkan strategi "perang politik" yang secara agresif dilakukan oleh Beijing serta Moskow "yang dirancang untuk merusak kohesi" di barat.

Baca Juga: Jajahannya Direbut China, Inggris Murka Karena Ratu Elizabeth II Dicopot dari Jabatan Kepala Negara

Jenderal senior itu dalam pidatonya di thinktank Policy Exchange menuduh "saingan otokratis" "memanipulasi lingkungan informasi" untuk mengeksploitasi krisis Covid-19 demi keuntungan strategis termasuk "politik vaksin pro-Rusia".

"Narasi disinformasi" mereka dirancang untuk menembus kelompok media sosial anti-vaksinasi, tambah Carter, menunjuk pada contoh yang ditemukan awal musim panas ini oleh para peneliti Australia yang menyebar dengan cepat dari Ukraina.

Pada bulan Juli, siaran pers palsu diunggah ke situs-situs negara pro-Rusia yang dideklarasikan sendiri di Luhansk, Ukraina timur.

Informasi tersebut secara keliru mengklaim bahwa AS telah melakukan uji coba vaksin pada sukarelawan Ukraina, beberapa di antaranya telah meninggal dunia.

Baca Juga: Makanya Tak Gentar Dikepung Militer Inggris dan AS, Ternyata Perangkat Perang China Bisa Deteksi Serangan Nuklir dan Langsung Membalasnya

Uji coba itu tidak pernah terjadi. Tetapi narasi menyesatkan telah menyebar dalam beberapa bahasa, termasuk di grup Facebook anti-vaksinasi terkemuka di Australia, meskipun banyak upaya untuk memeriksa fakta dan menyanggahnya.

Carter dalam sebuah pidato mengatakan itu adalah contoh dari "otoritarianisme digital" di samping serangan cyber dan peretasan Kremlin yang terkenal.

Source : The Guardian

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya

Latest