Tak lama setelah itu, Kedutaan Besar AS di Peru mengeluarkan tweet yang mengatakan mega-armada China berada di lepas pantainya.
Kedutaan AS di Peru menuduh armada tersebut mengubah nama kapal dan menonaktifkan pelacakan GPS untuk membatasi pengawasan aktivitas armada.
"Penangkapan ikan berlebihan dapat menyebabkan kerusakan ekologi dan ekonomi yang sangat besar," kata tweet itu. Peru tidak bisa menanggung kerugian seperti itu.
Baca Juga: Perang Dunia III Tinggal Sejengkal Langkah, AS dan China Jadi Biang Keroknya!
Apa yang dituduhkan pemerintah AS pada TIongkok itupun langsung dibantah oleh Kedutaan Besar China di Peru.
Bahkan mereka menyebut AS berbohong tentang integritas lingkungan dan maritim armada.
“Kami berharap masyarakat Peru tidak tertipu oleh informasi yang tidak benar,” demikian bunyi pernyataan yang ditulis dalam bahasa Spanyol seperti yang dilansir LA Times.
Melansir dari World Bank, Peru dan Ekuador adalah negara yang bergantung pada makanan laut.
Bahkan kedua negara ini memiliki armada-armada laut berukuran besar.
Setidaknya kedua negara dapat menangkap ikan kisaran 4,5 juta metrik ton ikan.
Hal tersebut sama hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh nelayan asal AS.