Follow Us

Mayat-mayat Bergelimpangan di Tengah Jalan, Pembelot Korea Utara Ungkap Kim Jong Un Layaknya Dewa yang Jalankan Kebijakan Kelaparan Sistematis: Sudah Biasa Lihat Mayat di Jalan

Andreas Chris Febrianto Nugroho - Selasa, 08 September 2020 | 14:00
(ilustrasi)Mayat-mayat Bergelimpangan di Tengah Jalan, Pembelot Korea Utara Ungkap Kim Jong Un Layaknya Dewa yang Jalankan Kebijakan Kelaparan Sistematis: Sudah Biasa Liat Mayat di Jalan
Eric Lafforgue/Boredpanda.com

(ilustrasi)Mayat-mayat Bergelimpangan di Tengah Jalan, Pembelot Korea Utara Ungkap Kim Jong Un Layaknya Dewa yang Jalankan Kebijakan Kelaparan Sistematis: Sudah Biasa Liat Mayat di Jalan

Sosok.ID - Seorang pembelot Korea Utara belum lama ini membuka suara mengenai negara asalnya yang berbeda jauh dari kata layak.Bahkan menurutnya kabar yang beredar di dunia internasional tak seperti fakta mengerikan yang pernah ia alami saat masih tinggal di Korea Utara.Bahkan perempuan yang mengawali petualangan di berbagai negara setelah kabur dari Korea Utara sejak berusia 13 tahun tersebut tak bisa bayangkan bagaimana keadaan negara asalnya saat ini.Saat berusia 13 tahun, bahkan dirinya bersama sang ibu yang kala itu kabur dari tanah kelahirannya melalui jalur sungai ke China tak menyangka dirinya bisa hidup sampai saat ini.

Baca Juga: Rudal Balistik Nuklir Korea Utara Bisa Diluncurkan dari Kapal Selam, Amerika WaspadaSebab apa yang dialaminya kala kabur dari Korea Utara sejatinya seperti misi bunuh diri.Wanita bernama Yeonmi Park (26) itu menceritakan bagaimana kejamnya keluarga Kim memimpin Korea Utara.13 tahun silam, ia bersama ibunya sampai harus makan serangga lantaran kehidupan rakyat negaranya begitu miskin.Kelaparan dimana-mana hingga menimbulkan kematian yang tak sedikit pula saat ia masih remaja kala itu.

Baca Juga: Gambar Citra Satelit di Korea Utara Tunjukkan Tanda-tanda Kim Jong Un Diduga Sedang Bersiap Luncurkan Rudal dari Kapal Selam

Pembelot Korut mengatakan ia justru dijual ke rumah pelacuran setelah berhasil kabur dari Korea Utara.
Kolase gambar Yonhapnews dan Instagram/Yeonmi Park

Pembelot Korut mengatakan ia justru dijual ke rumah pelacuran setelah berhasil kabur dari Korea Utara.

Melihat orang sekarat maupun mati di tengah jalan menjadih hal yang lumrah bagi orang Korea Utara kala itu.Hal tersebut dikarenakan kelaparan yang sangat hebat melanda negara semenanjung Korea.Kedinginan, kegelapan, dan kelaparan adalah bagian kehidupan sehari-hari di negara berideologi Juche itu, kata Yeonmi. Menurut aktivis HAM internasional tersebut, apa yang terjadi di Korea Utara lantaran ambisi pemerintah terhadap senjata nuklir yang merusak tatanan ekonomi negara tersebut.

Baca Juga: Keluar Lubang Buaya Malah Masuk ke Kandang Macan, Susah Payah Pertaruhkan Nyawa Demi Kabur dari Korea Utara Gegara Masalah Kelaparan, Hidup Pembelot Korut Ini Justru Makin Menderita Usai Dijual ke Tempat PelacuranTak hanya makan serangga, bahkan ketika dirinya kabur bersama sang ibu, ia harus jadi jadi budak pemuas nafsu gegara pernah diperkosa bersama ibunya oleh orang China.Mengutip dari DailyMail, Jumat (4/9/2020) kejadian tersebut terjadi saat dirinya kabur bersama sang ibu ke China dengan menyeberangi sungai Yalu yang beku.Sebelum melarikan diri ke Mongolia, Yeonmi dan ibunya sempat diculik dan dijual serta diperkosa oleh penculiknya."Anda akan melihat begitu banyak orang sekarat. Sudah biasa bagi kami melihat mayat bergelimpangan di jalan," kata penulis buku In Order to Live, A North Korean Girl's Journey to Freedom itu dikutip dari Daily Mail.

Baca Juga: Pembelot Korea Utara Ungkap Ngenesnya Hidup di Bawah Langit yang Sama dengan Rezim Kim, Sebut Rakyat Korut Memang Sengaja Dibuat Kelaparan karena Uang Negara Sibuk Dihambur-hamburkan untuk Nuklir

Pembelot Korea Utara yang ceritakan ngerinya kelaparan di negeri Kim Jong Un.
via Daily Mail

Pembelot Korea Utara yang ceritakan ngerinya kelaparan di negeri Kim Jong Un.

"Saya pernah ke permukiman kumuh di Mumbai (India), di negara-negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara karena kelaparan warganya, kelaparan sistematis oleh negara yang memilih untuk membuat kami kelaparan."Bahkan Yeonmi menjadi saksi disaat detik-detik menjelang kematian sang nenek dan pamannya lantaran kelaparan yang melanda negara asalnya tersebut."Kalau mereka menyisihkan hanya 20 persen saja dari semua yang mereka habiskan untuk membuat senjata nuklir, tak seorang pun harus mati di Korea Utara karena kelaparan, tetapi rezom memilih membuat kami lapar," ungkap gadis yang masuk daftar BBC 100 Women pada 2014 tersebut.

Baca Juga: Baru Kemarin Sore Kim Jong Un Kirim Pasukan untuk Tembak Mati Siapapun yang Ada di Perbatasan China Demi Hentikan Covid-19, Korea Utara Dikabarkan Sedang Latihan untuk Gelar Parade Militer Besar-besaran di PyongyangBahkan sistem pendidikan yang ada di sekolah dasar di Korea Utara dibentuk sedemikian rupa untuk membuat generasi penerus tunduk dan menganggap keluarga Kim adalah keluarga Dewa.Yeonmi mengungkapkan, "tidak ada konsep pertemanan" di sekolah karena murid-murid dipaksa melawan satu sama lain dalam "sesi kritik".Kini setelah bisa kabur dari Korea Utara, Yeonmi berhasil mendapatkan kehidupan yang layak di di Amerika Serikat.Meski tak disadari oleh banyak negara, kondisi Korea Utara di bawah kepemimpinan keluarga Kim memang disebutnya sangat mengenaskan sampai saat ini.

Baca Juga: Tank Usang Korut Bisa Lari Tercirit, Amerika Terbangkan A-10 Thunderbolt Si Pelibas Lapis Baja

Bahkan Yeonmi mengungkapkan pula bagaimana tahanan politik diperlakukan oleh keluarga Kim di sana.Para tahanan politik mengalami "penyiksaan, kekerasan seksual, kerja paksa, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya," menurut Human Rights Watch.

Baca Juga: Adik Kim Jong Un Hilang di Tengah Rumor Bakal Jadi Penguasa, Diduga Ancam Kedudukan Diktator Korea Utara, 'Akan Tetap Disingkirkan Meski Keluarga'Mereka juga melakoni "kerja paksa yang merusak punggung dalam kondisi berbahaya, terkadang dalam cuaca musim dingin tanpa pakaian yang layak," kata kelompok itu. Warga Korut juga bisa dikirim ke kamp penjara karena coba membelot ke Korsel atau untuk bekerja atau menetap di China. (*)

Source : Dailymail.co.uk, BBC

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Baca Lainnya

Latest