Sosok.ID - Rasa mules yang dialami gadis 14 tahun ini rupanya bukan sakit perut biasa.
Ia baru menyadari dirinya akan melahirkan saat sudah sampai di toilet.
Melansir dari Daily Star, gadis dengan nama samaran Mery itu diketahui menikah saat usianya masih 12 tahun.
Gadis asal Serawak dari suku Penan di Malaysia ini memiliki suami yang juga masih muda, Peter.
Peter, yang kala itu masih berusia 16 tahun, sedang berkunjung dari desa lain ketika pertama kali melihat Mary.
"Saya berpikir 'wow dia cantik'. Saat saya pulang, saya tidak bisa berhenti memikirkannya," kata Peter kepada wartawan dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura.
Pasangan muda itu berkencan selama lima bulan sebelum akhirnya Peter melamar.
Awalnya Mery menolak lamaran itu karena masih ingin melanjutkan sekolah.
Sebab, kala itu ia memiliki cita-cita sebagai seorang guru.
"Saya ingin melanjutkan sekolah alih-alih menikah, tetap suami saya marah," katanya.
"Dia bertanya : 'Kenapa? Karena orang tua kita sudah tahu bahwa kita bersama dan bagi mereka kita sudah dianggap menikah'."
Pada akhirnya, Mery terpaksa mengiyakan lamaran itu.
Kendati terpaksa, namun Mery tidak merasa marah karena harus menikah muda.
"Bagi kami, pernikahan itu baik. Kami meyakini bahwa jatuh cinta dan menikah adalah kehendak Tuhan. Begitulah."
Tiga bulan setelah menikah, Mery hamil dan ia sedang bersantai di rumahnya ketika hendak melahirkan pada Juli 2019 silam.
Kala itu, dia tidak menyadari apa yang terjadi padanya.
"Saya terkejut. Saya merasa seperti ingin BAB, tetapi ketika saya pergi ke toilet dan merasakan sakit di punggung, saya baru sadar bahwa saya akan melahirkan," katanya.
Ayah, saudara perempuan, dan nenek Mery serta Peter kemudian membawanya ke rumah sakit yang berjarak 270 km dari desa mereka.
Setidaknya mereka harus menempuh perjalanan selama 6 jam.
Tapi, bayi Mery keburu lahir di dalam mobil hingga sang nenek harus memotong sendiri tali pusar sang jabang bayi menggunakan gunting.
"Semuanya terasa kabur," kata Mery, tetapi ia mengaku tidak stres.
"Saya merasa sangat bahagia menyadari bahwa saya sudah punya bayi dan setelah melahirkan saya merasa lega karena rasa sakitnya sudah berakhir."
Suku-suku Penan percaya bahwa melahirkan anak adalah sebuah berkah, bahkan bagi pasangan yang sangat muda sekali pun.
Mary sama sekali tidak menyadari risiko kehamilan remaja dan baru mengetahuinya saat memeriksakan kehamilan pertamanya.
Mery dan Peter sangat menyayangi putra mereka, tetapi setelah berusia satu bulan bayi itu diadopsi oleh sepupu Mery yang belum juga dikaruniai momongan.
Beruntung rumah sepupu Mery tak jauh dari tempat tinggal mereka, sehingga keduanya bisa sering-sering mengunjungi bayinya.
Pasangan itu ingin memiliki banyak anak, tapi Mery kini tengah menggunakan alat kontrasepsi hingga ia siap hamil lagi steelah berusia 18 tahun nanti.
Mery masih ingin kembali ke sekolah tapi ia tak berhak memutuskannya.
"Saya ingin, tapi itu terserah suami saya juga. Saya tidak yakin. Karena meskipun saya mau, suami saya mungkin tidak menginginkannya," tambahnya.
(*)