Follow Us

Vladimir Putin Sediakan Duit Rp 100 Juta Bagi Siapapun Warganya yang Sudi Beranak Pinak

Rifka Amalia - Senin, 08 Juni 2020 | 08:13
Vladimir Putin
Daily Star

Vladimir Putin

Sosok.ID - Presiden Rusia, Vladimir Putin pada hari Rabu (15/1/2020) mengumumkan insentif keuangan baru untuk mendorong Rusia agar memiliki lebih banyak anak guna meningkatkan populasi.

Putin berupaya meningkatkan angka kelahiran anak oleh seorang wanita Rusia dari jumlah rata-rata di bawah 1,48 per wanita menjadi 1,7 dalam empat tahun.

Rata-rata angka kelahiran wanita Rusia saat ini adalah 1,59 kelahiran per wanita.

"Nasib Rusia dan prospek bersejarahnya bergantung pada berapa banyak dari kita," kata Putin dalam pidato tahunan kepada anggota parlemen. Rusia mengalami penurunan angka kelahiran karena generasi yang menjadi orangtua sekarang lahir pada 1990-an, ketika angka kelahiran turun secara drastis karena ketidakpastian ekonomi." Ujar Putin seperti dikutip dari AFP via Latestly.com pada Kamis (16/1/2020).

Baca Juga: Mendadak Presiden Amerika Donald Trump Telepon Pemimpin Rusia Vladimir Putin dari Bunkernya, Ada Apa?

Putin menyebutkan bahwa ia bertekad untuk memastikan adanya pertumbuhan populasi yang stabil di Rusia.

Ia menyebutkan bahwa kemiskinan adalah faktor kunci yang membatasi keluarga untuk tidak melahirkan.

Putin bahkan menawarkan insentif keuangan baru untuk melahirkan.

Pada tahun 2007, Putin telah menawarkan pembayaran untuk semua keluarga yang memiliki bayi kedua atau anak lebih banyak.

Baca Juga: Senjata Biologis? Propaganda Teori Kemunculan Virus Corona, Studi Meyakini Rusia dan China Sengaja Bekerjasama demi Merusak Tatanan Sistem Dunia

Sementara itu, presiden Rusia ini juga menjanjikan akan memberikan uang sekitar USD 7.600 (Rp 103 juta) kepada semua perempuan yang melahirkan.

Sebelumnya, dana tersebut hanya diberikan sekali kepada keluarga dengan dua anak.

Dikutip dari IBTimes, Putin berjanji untuk menyediakan dana negara untuk ibu baru, tunjangan kesejahteraan untuk anak-anak berusia tiga hingga tujuh tahun di keluarga berpenghasilan rendah, dan makanan gratis selama empat tahun pertama anak-anak bersekolah.

Sedangkan Ibu yang memiliki empat anak sudah menerima keringanan pajak di Rusia.

Baca Juga: 7 Fakta Vladimir Lenin, Pemimpin Komunis Uni Soviet yang Jasadnya Sengaja Diawetkan untuk Dipamerkan ke Publik

Langkah-langkah ini dan lainnya diproyeksikan menelan biaya setidaknya $ 6,5 miliar tahun ini saja, kementerian keuangan memperkirakan biaya tersebut akan meningkat di tahun-tahun mendatang.

"Nasib Rusia dan pandangan historisnya tergantung pada berapa banyak dari kita yang ada. Itu tergantung pada berapa banyak anak yang dilahirkan dalam keluarga Rusia dalam satu tahun, lima, 10 tahun, pada bagaimana mereka akan tumbuh nantinya." Ungkap Putin dikutip dari IBTimes.

Populasi Rusia menurun secara dramatis selama dekade pertama setelah jatuhnya Uni Soviet - mencapai tingkat kelahiran hanya 1,16 anak per wanita pada tahun 1999.

Populasi Rusia sekarang adalah sekitar 147 juta, kurang dari setengah dari angka untuk AS.

Baca Juga: Senjata Makan Tuan! Niat Bedil Iran, Militer Israel malah Remukkan Forpost Rusia Berlisensi IAI dari Negaranya, Ujungnya Rugi Bandar Puluhan Miliar

"Sejak 2017, angka kelahiran mulai turun lagi. Keluarga berhenti melahirkan bahkan untuk anak pertama. Mereka takut ketidakpastian keuangan," kata pakar demografi, profesor Evgeny Yakovlev, dikutip dari IBTimes.

Seorang ahli demografi Rusia lainnya bernama Anatoly Vishnevsky mengatakan dia berpikir memberikan insentif keuangan tidak akan meningkatkan angka kelahiran.

Hal ini didasari alasan karena kebanyakan setiap negara industri menyaksikan pola keluarga yang sama yang memiliki lebih sedikit atau tidak punya anak.

"Seluruh gagasan Putin bahwa tingkat kelahiran dapat dikoreksi hanya dengan uang tidak valid," kata Antoly.

Baca Juga: Sekadar Ibadah Saja Tak Boleh Dilakukan Sembarangan, Begini Mirisnya Potret Penjara di Israel yang Hanya Dihuni oleh Kaum Hawa, Kebebasan Dirampas hingga Dipaksa Tinggal Berjubel Sekalipun Sedang Hamil Besar

Sementara itu, wartawan Rusia Aleksander Zhelenin menyalahkan keruntuhan demografis negara itu pada kondisi ekonomi yang buruk.

“Selama enam tahun terakhir, standar hidup di Federasi Rusia terus menurun, termasuk penurunan pendapatan bagi warga negara, dan memburuknya layanan medis karena penutupan dan penggabungan rumah sakit dan klinik, pemecatan dokter, paramedis dan perawat; sementara tingkat kematian, sebaliknya, telah tumbuh, ”tulisnya.

Zhelenin menunjukkan bahwa pada awal 1990-an, resesi di Rusia bertepatan dengan tingkat kelahiran yang menurun.

Pada tahun 1992, ia mencatat bahwa 1,587 juta bayi lahir di Rusia - 912.000 lebih sedikit daripada yang dilahirkan hanya lima tahun sebelumnya.

Baca Juga: Dalam Hitungan Hari, 10.000 Tentara China Terobos Wilayah India, Rusia Sampai Khawatir Akan Pecah Perang

Pada tahun 1993 hanya 1,378 juta bayi lahir, setelah itu terus menurun hingga 1999 ketika hanya 1,214 juta anak lahir.

Tingkat kelahiran Rusia perlahan pulih sampai hampir 2 juta bayi dilahirkan pada tahun 2014.

Namun pada tahun 2016 angka kelahiran mulai turun lagi.

"Apa yang patut dicatat, adalah bahwa keruntuhan (baru-baru ini dalam tingkat kelahiran), seperti pada awal tahun sembilan puluhan, bertepatan dengan penurunan standar hidup dan pendapatan warga Rusia," tulis Zhelenin.

Baca Juga: Menilik Drone Bawah Air Poseidon, Torpedo Raksasa Pembawa Hulu Ledak 2 Megaton Berjuluk Nuklir Hari Kiamat Milik Rusia

Putin sendiri mengakui bahwa ekonomi yang lemah merusak tingkat kesuburan.

"Kita perlu meningkatkan standar hidup secara keseluruhan, untuk mencapai pertumbuhan upah dan pendapatan nyata masyarakat," katanya.

"Sentimen umum, keluarga berencana, dan cakrawala perencanaan yang lebih luas akan tergantung pada ekonomi." ucap Putin, dikutip oleh Sosok.ID, dilansir dari IBTimes, Kamis (16/1/2020).

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul: Genjot Angka Kelahiran, Pemerintah Rusia Siapkan Rp 100 Juta Bagi Warga yang Sudi Beranak

Source : Sosok.id

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest