Sosok.ID - Nine Dash Line menjadi topik paling dibenci oleh negara-negara Asia Tenggara.
Pasalnya gara-gara hal diatas, China mengklaim Laut China Selatan (LCS) sebagai wilayahnya.
Lebih menyakitkannya lagi dasar klaim China tersebut berasal dari peta zaman dinasti Ming yang mengklaim LCS milik mereka.
Ya, kalau cuma berdasarkan faktor seperti itu Indonesia juga boleh dong mengklaim Thailand Selatan dan perairannya sebagai miliknya karena Kerajaan Sriwijaya saat jayanya mempunyai kekuasaan sampai ke Negeri Gajah Putih.
Jadi sampai di sini jelas jika klaim China atas LCS berdasarkan nafsu serakah karena tak sesuai dengan asas-asas bernegara di masa kini.
Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) pada hari Kamis (28/5) mengusir kapal perang Amerika Serikat (AS) yang masuk tanpa izin ke perairan teritorial China di lepas pantai Kepulauan Xisha di Laut China Selatan.
Juru Bicara militer China, Kolonel Senior Li Huamin, menyatakan, operasi militer AS di tengah pandemi corona, menunjukkan bahwa Uwak Sam merupakan sumber yang menyabotase perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Mengutip Global Times, Kamis (28/6), keputusan China menggerek anggaran militer dibenarkan dengan adanya provokasi AS seperti ini, kata para analis.
Dalam aksi mengusir kehadiran kapal perang AS yang menegangkan itu, Komando Teater Selatan PLA mengorganisir pasukan angkatan laut dan udara untuk mengikuti kapal perusak rudal USS Mustin yang dipandu AS secara ilegal masuk ke perairan teritorial China di lepas Kepulauan Xisha pada hari Kamis.
"Kemudian Pasukan Komando mengikuti dan memantau jalur kapal perang AS, mengidentifikasi dan memperingatkan serta mengusirnya," ujar Li.
Menurut Li, tindakan provokatif kapal perang AS ini merupakan tindakan hegemoni telanjang, yang secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China serta hukum dan norma internasional dan secara serius menyabotase perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan.
Ini bukan pertama kalinya militer China mengusir kapal perang AS dari Laut China Selatan tahun ini. Peristiwa serupa terjadi pada akhir Januari dengan kapal tempur pesisir USS Montgomery di dekat kepulauan Nansha.
Kemudian pada awal Maret dengan kapal perusak USS McCampbell di dekat Kepulauan Xisha dan pada akhir April dengan kapal perusak USS Barry di dekat Kepulauan Xisha.
Sementara itu, AS berusaha untuk membuat operasi seperti itu menjadi operasi rutin, PLA telah menunjukkan siap dan mampu menghentikan aksi-aksi militer AS ini, kata seorang pakar militer Tiongkok yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Global Times pada hari Kamis.
Di masa ketika pandemi Covid-19 masih mengguncang dunia, ia menuding AS mengabaikan keamanan rakyatnya dan tidak fokus pada kontrol epidemi domestik, juga tidak berkontribusi pada kontrol pandemi global, tetapi mengirimkan kapal perang jarak jauh ke China Selatan.
AS memamerkan kekuatannya dan menyebabkan masalah, kata juru bicara Li.
Menurut Li, aksi ini menunjukkan sifat munafik AS dalam berbicara dengan satu cara dan bertindak dalam cara lain, dan sepenuhnya menunjukkan bahwa militer AS adalah sumber bencana yang menyabot perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Ia mengklaim bahwa China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau di Laut China Selatan dan perairan di dekatnya, dan pasukan Tiongkok selalu waspada dan akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk secara penuh memenuhi tugas mereka, menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
China baru saja mengumumkan kenaikan 6,6% dalam anggaran pertahanannya untuk 2020 pada 22 Mei.
China mempertimbangkan situasi ekonomi dan tuntutan pertahanan nasionalnya ketika menetapkan skala dan alokasi pengeluaran militernya, dan berulang-ulang provokasi militer AS di dekat China dan beberapa bahkan ke wilayah China jelas telah mengancam keamanan nasional China, kata pakar anonim itu.
Peningkatan moderat dan stabil dalam pengeluaran pertahanan negara adalah benar, tepat dan perlu, kata Wu Qian, juru bicara PLA dan delegasi Kepolisian Bersenjata Rakyat untuk sesi ke-3 Kongres Rakyat Nasional ke-13, mengatakan pada hari Selasa.
Hegemoni dan politik kekuasaan tumbuh dari waktu ke waktu, karena beberapa negara mempraktikkan unilateralisme, risiko geopolitik meningkat, dan sistem keamanan dan ketertiban internasional ditantang, dan keamanan tanah air Tiongkok dan kepentingan luar negeri juga menghadapi beberapa ancaman nyata, kata Wu.
Ia mencatat bahwa Tiongkok harus memiliki pikiran yang jernih dalam hal pertahanan nasional dan bersiap untuk bahaya di masa damai.(*)
Artikel ini pernah tayang di Kontan dengan judul "Menegangkan, China usir kapal perang AS bersenjata rudal dari Laut China Selatan"