Menurut Li, tindakan provokatif kapal perang AS ini merupakan tindakan hegemoni telanjang, yang secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China serta hukum dan norma internasional dan secara serius menyabotase perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut China Selatan.
Ini bukan pertama kalinya militer China mengusir kapal perang AS dari Laut China Selatan tahun ini. Peristiwa serupa terjadi pada akhir Januari dengan kapal tempur pesisir USS Montgomery di dekat kepulauan Nansha.
Kemudian pada awal Maret dengan kapal perusak USS McCampbell di dekat Kepulauan Xisha dan pada akhir April dengan kapal perusak USS Barry di dekat Kepulauan Xisha.
Sementara itu, AS berusaha untuk membuat operasi seperti itu menjadi operasi rutin, PLA telah menunjukkan siap dan mampu menghentikan aksi-aksi militer AS ini, kata seorang pakar militer Tiongkok yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Global Times pada hari Kamis.
Di masa ketika pandemi Covid-19 masih mengguncang dunia, ia menuding AS mengabaikan keamanan rakyatnya dan tidak fokus pada kontrol epidemi domestik, juga tidak berkontribusi pada kontrol pandemi global, tetapi mengirimkan kapal perang jarak jauh ke China Selatan.
AS memamerkan kekuatannya dan menyebabkan masalah, kata juru bicara Li.
Menurut Li, aksi ini menunjukkan sifat munafik AS dalam berbicara dengan satu cara dan bertindak dalam cara lain, dan sepenuhnya menunjukkan bahwa militer AS adalah sumber bencana yang menyabot perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Ia mengklaim bahwa China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau di Laut China Selatan dan perairan di dekatnya, dan pasukan Tiongkok selalu waspada dan akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk secara penuh memenuhi tugas mereka, menjaga kedaulatan dan keamanan nasional serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
China baru saja mengumumkan kenaikan 6,6% dalam anggaran pertahanannya untuk 2020 pada 22 Mei.