Habibie lah yang mengawali komitmen kehidupan politik demokratis, mengikuti tuntutan zaman dan generasi, menegakkan kepastian hukum sesuai Pancasila dan UUD 1945.
Seiring berjalannya waktu, Soeharto kepada Tutut beropini tentang makna demokrasi.
Baca Juga: Tentang Oetari, Janda Soekarno yang Masih Perawan Ternyata adalah Nenek Kandung Maia Estianty
Tutut bercerita tentang betapa ia bangga memiliki ayah seorang Soeharto, tak peduli bagaimana orang berkata.
"Pemilu, adalah tahap melaksanakan kedaulatan rakyat untuk menyalurkan aspirasi politiknya, sebagai warga Negara Indonesia, di dalam menegakkan asas berdemokrasi secara sehat", kata Tutut menirukan perkataan Soeharto.
Saat ia bertanya tentang "Sebenarnya Demokrasi yang sehat itu yang bagaimana pak?”
Pak Harto menjawab, "Ngene lho wuk, ada sebagian orang salah mengartikan Demokrasi itu. Menurut mereka, demokrasi itu boleh berbuat sesuka hati. Itu bukan Demokrasi namanya, tapi pemaksaan kehendak.”
Bagi Pak Harto, demokrasi adalam menyuarakan pendapat dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Bukan asal bunyi, dan bersikap dewasa, demi menjaga persatuan bangsa.
“Yang dinamakan Demokrasi itu, bukan hanya sekedar kebebasan mengeluarkan pendapat, dan bukan pula sekedar kebebasan berbuat.