Sosok.ID - Vietnam, menjadi salah satu negara di dunia yang digadang-gadang berhasil menghadapi Covid-19.
Meskipun pandemi masih merebak di seluruh dunia, Vietnam sejauh ini mampu melaporkan nol kasus kematian akibat virus corona.
Melansir Kompas.com, setidaknya ada 35 negara yang belum mencatatkan kematian akibat virus SARS-CoV-2.
Vietnam dan Kamboja menjadi dua negara dengan 0 kasus kematian di ASEAN.
Dimana per Minggu (26/4/2020), Vietnam 'hanya' melaporkan 270 kasus infeksi corona, jumlah yang relatif kecil dibanding negara-negara lain.
Lalu apa yang membuat Vietnam mampu mengendalikan laju sebaran infeksi Covid-19?
Pertama, Vietnam melaksanakan karantina yang ketat dengan langkah yang tepat dan cepat, dikutip dari DW via Kompas.com.
Vietnam melakukan pencegahan seperti Korea Selatan dengan melaksanakan ratusan ribu tes cepat.
Terbatasnya fasilitas rumah sakit juga membuat negara itu melakukan pencegahan habis-habisan.
Bahkan langkah penguncian ini dilakukan Vietnam lebih awal dari pada negara asal Covid-19, China.
Selain itu Vietnam juga berhasil menerapkan pengawasan dan sanksi yang cukup berat.
Misalnya, bagi orang-orang yang diketahui tidak menggunakan masker dan menularkan virus ke orang lain akan dihadapkan pada ancaman hukuman penjara 12 tahun.
Baca Juga: Selain Mukjizat Tuhan, Mbah Mijan Beberkan Obat Ini Manjur Selamatkan Manusia dari Virus Corona!
Masih banyak langkah efektif lain yang dilakukan Vietnam, namun tahukah kamu bahwa terdapat sejumlah warga di Vietnam yang gencar mengonsumsi kucing hitam untuk menyembuhkan virus corona?
Melansir Daily Star via Intisari, kucing hitam sempat menjadi buronan laris di Vietnam karena diyakini mampu menjadi obat virs corona.
Hal tak masuk akal itu lantas diselidiki kelompok No To Dog Meat, dimana mereka dikatakan mengonsumsi kucing hitam dengan cara direbus, dimasak, dan diubah menjadi pasta.
Praktik ini disebut berpusat di sekitar Hanoi, para penjual bahkan memperdagangkan kucing secara online.
Ironisnya, sebuah foto bahkan menunjukkan ramuan 'obat alternatif' itu telah diberikan kepada bayi.
Gambar-gambar dan rekaman menyedihkan yang beredar mempertontonkan kucing-kucing dibantai, dimasak dengan air mendidih dalam panci.
Julia de Cadenet, pendiri badan amal yang melaporkan kasus itu langsung mengkampanyekan perhentian perdagangan satwa liar.
"Orang-orang seluruh dunia dapat mengerti ketakutan Covid-19, tetapi kekejaman terhadap hewan yang dilakukan orang-orang Vietnam ini tidak bisa dibiarkan," ungkapnya, dikutip dari Intisari.
"Tidak ada bukti apapun, bahwa makan kucing bisa menyembuhkan dari virus corona, kalaupun ada itu tidak manusiawi ini tingkat kekejaman yang tidak bisa diterima," katanya.
Julia mengingatkan kepada warga, bahwa di China, pandemi ini dimulai karena memakan hewan liar seperti kelelawar.
"Di China virus muncul dan menyebar ke hewan peliharaan, banyak pihak berwenang menangkap dan membunuh hewan tersebut," jelasnya.
"Pandemi ini seharusnya tidak dijadikan alasan untuk menyakiti hewan-hewan tak berdaya demi mencari perlindungan dari virus corona," tambahnya.
Baca Juga: Gegara Pandemi, Keluarga Terkaya di Indonesia Harus Kehilangan Rp 196 Triliun Dari Kantong Mereka
Julia berharap orang-orang yang melakukan praktik pengobatan dengan cara biadab itu agar segera ditangkap.
"Obat yang dibuat dengan menggiling kucing, kemudian dimasak menjadi pasta dan diberikan kepada penderita, ini tidak masuk akal aku harap mereka ditangkap," paparnya.
Ia dikatakan berkali-kali memberitahu PBB bahwa daging anjing dan kucing tidak bersih dan bisa menyebabkan krisis kesehatan global.
"Mereka menyadari menyembelih hewan di pasar seperti di China itu tidak sehat, khususnya konsumsi terhadap satwa liar dan spesies yang terancam punah," tandasnya. (*)