Sosok.ID - Hingga Senin (30/3), Indonesia telah melaporkan sebanyak 1.414 kasus infeksi virus corona.
SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 ini telah merenggut 122 nyawa warga Indonesia, dengan beberapa dari mereka adalah tenaga kesahatan.
Kabar baiknya, 75 orang dinyatakan sembuh dari virus yang sebelumnya disebut n-Cov 2019 ini.
Adapun total infeksi terbanyak terjadi di Ibukota Jakarta, yakni mencapai 698 kasus.
Disusul Jawa Barat dengan 180 kasus, Banten 128, dan Jawa Timur 91 kasus.
Meski jumlah angka kematian akibat positif Covid-19 berjumlah 122, namun pasien meninggal yang dimakamkan dengan prosedur Covid-19, melebihi angka tersebut.
Hal ini dilakukan demi menghindari adanya penularan virus.
Pasalnya, pasien yang meninggal dengan status PDP/ODP, alias pasien dengan status negatif dan positif corona belum pasti, juga akan dikuburkan sesuai dengan penanganan jenazah Covid-19.
Di Jakarta, contohnya. Angka kematian pasien dengan prosesi pemakaman serupa jasad pasien Covid, telah mencapai lebih dari 200 jiwa.
Suara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendadak bergetar ketika ia menyampaikan data mengenai jumlah korban meninggal dunia yang harus dimakamkan sesuai protokol pemulasaran jasad pasien Covid-19.
Anies menyebutkan, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta mencatat 283 jasad dikebumikan kurang dari 4 jam selepas wafat, dibungkus plastik, menggunakan peti, dan petugas pemakamannya mengenakan alat pelindung diri (APD).
Data itu dicatat dalam kurun waktu tak sampai sebulan, yakni pada rentang 6-29 Maret 2020.
"Ini menggambarkan bahwa situasi di Jakarta terkait dengan Covid-19 amat mengkhawatirkan. Karena itu saya benar-benar meminta kepada seluruh masyarakat Jakarta, jangan pandang angka ini sebagai angka statistik," ujar Anies dalam konferensi pers di Bakaikota, Senin (30/3/2020).
"(Data) 283 itu bukan angka statistik. Itu adalah warga kita yang bulan lalu sehat... Yang bulan lalu bisa berkegiatan..." imbuh dia, dengan suara bergetar.
"Mereka punya anak, mereka punya istri, mereka punya saudara, dan ini semua harus kita cegah pertambahannya."
Anies bilang, belum tentu semua jasad yang dimakamkan itu merupakan pasien Covid-19, sebagian mungkin masih berstatus suspect (dicurigai) Covid-19, karena belum dites atau hasil tes belum rilis saat meninggal.
Keadaan tadi, menurut dia, menunjukkan bahwa kondisi Jakarta sebagai pusat pandemi Covid-19 di Indonesia masih amat mengkhawatirkan.
Berangkat dari sana, Anies meminta warga DKI Jakarta serius melakukan pembatasan aktivitas, atau yang dikenal sebagai physical atau social distancing.
Ia meminta warga Jakarta lebih disiplin untuk tinggal di rumah.
"Tinggal lah di rumah, disiplin untuk menjaga jarak, lindungi diri, lindungi keluarga, lindungi tetangga, lindungi semua," kata eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI itu.
"Jangan sampai Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang mengurusi makam ini punya angka yang lebih tinggi lagi. Mari kita ambil tanggung jawab semuanya," lanjut Anies kembali dengan suara bergetar.
Senin (30/3/2020), Pemprov DKI Jakarta merilis total terdapat 701 pasien positif Covid-19, dengan 48 pasien berhasil sembuh namun 67 di antaranya meninggal dunia.
Pemerintah terus menggaungkan instruksi agar warga tetap bertahan di dalam rumah selama pandemi Covid-19 untuk memutus rantai penularan, kecuali terpaksa keluar rumah untuk kebutuhan mendesak.
Warga diminta menjauhi diri dari kerumunan yang dapat mempermudah penularan Covid-19.
Baca Juga: Agar Tak Kluyuran, ODP Corona di Aceh Diberi Biaya Hidup Harian Rp 200.000 Per Hari
(Vitorio Mantalean)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Suaranya Bergetar Sebut 283 Warga Dimakamkan, Anies: Itu Warga Kita yang Bulan Lalu Sehat"