Follow Us

Lockdown India Ambyar! Ribuan Buruh Terlantar Nekat 'Merangkak' demi Pulang: Saya Takut Kelaparan, Bukan Corona

Rifka Amalia - Senin, 30 Maret 2020 | 11:15
Pekerja migran di sebuah taman di New Delhi minggu lalu. Penutupan bisnis di seluruh India yang mempekerjakan migran telah membengkakkan jumlah tunawisma.
Rebecca Conway/The New York Times

Pekerja migran di sebuah taman di New Delhi minggu lalu. Penutupan bisnis di seluruh India yang mempekerjakan migran telah membengkakkan jumlah tunawisma.

Ribuan buruh migran di Delhi beserta seluruh keluarganya, mengemas barang-barang mereka seperti panci, wajan, dan selimut ke dalam ransel.

Beberapa dari mereka berusaha menggendong anak-anak di pundak, mencoba bertahan dari beratnya berjalan kaki si sepanjang jalan raya antar negara bagian.

Banyak dari mereka yang harus menempuh perjalanan ratusan kilometer.

Namun saat tiba di perbatasan Delhi, mereka dipukul mundur oleh polisi.

Seorang buruh migran bernama Papu (32), memutuskan untuk datang ke Delhi pada 3 minggu lalu untuk menyanmbung hidup.

Baca Juga: Terapkan Lockdown Satu Dusun di Purbalingga, Anggaran Desa Digunakan Untuk Biaya Hidup Warga Rp 50.000 Per Hari

Namun setelah tempatnya bekerja tutup karena lockdown, ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya di Saharanpur, negara bagian Uttar Pradesh, sejauh 193 km.

Baginya, virus corona tak lebih menakutkan ketimbang hidup terlantar dan keparan.

“Kamu takut penyakitnya, hidup di jalanan. Tetapi saya lebih takut kelaparan, bukan korona, ”kata Papu (32).
Rebecca Conway/The New York Times

“Kamu takut penyakitnya, hidup di jalanan. Tetapi saya lebih takut kelaparan, bukan korona, ”kata Papu (32).

“Kamu takut penyakitnya, hidup di jalanan. Tetapi saya lebih takut kelaparan, bukan korona, ”kata Papu, dikutip dari New York Times.

Disaat negara-negara lain melakukan lockdown demi menahan penyebaran SARS-CoV-2, di tempat-tempat yang padat dan miskin seperti India, banyak yang khawatir tindakan itu dapat memicu kerusuhan sosial.

Modi memerintahkan 1,3 Miliyar warganya untuk tinggal di rumah selama tiga minggu.

Source : Kompas.com, New York Times

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest