“(Pasien) tidak diizinkan (keluar ruang isolasi). Jadi kan ada pintu masuk, diam-diam dia keluar. Sudah ditunggu oleh keluarga. Kita tahu, setelah dia keluar," kata Erlina, Jumat lalu.
Ia juga menerangkan, ruang isolasi di RSUP memang tak digembok, karena menurutnya, itu bukan penjara.
"Ruang isolasi bukan kayak penjara yang digembok yah. Ada juga tempat masuknya. Karena kan pasien harus masuk dari depan, nah begitu masuk petugas meleng, dia (pasien) keluar dan sudah ada keluarga," jelasnya.
Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Permukiman DKI Jakarta Suharti mengatakan, pasien itu kabur sebab merasa tidak mengalami gejala virus corona.
Sehingga ia menjadi takut tertular saat berada di ruang isolasi.
"Ada waitress di tempat yang kemarin kasus itu sudah positif, tetapi karena tidak ada gejala, dan diisolasi di RS Persahabatan, dan ruang isolasinya bersama, ngabur," ujar Suharti, (10/3), melansir YouTube Pemprov DKI Jakarta via Kompas.com pada Senin (16/3).
Suharti menuturkan, pasien perempuan itu enggan diisolasi sebelum ia melihat bukti positiof corona.
Dia tidak mau (diisolasi) dan minta bukti bahwa dia positif (covid-19) baru dia akan mau diisolasi," kata Suharti.
Untuk diketahui, saat itu pasien tersebut masih belum dipastikan positif corona.
"Menurut dia, isolasi di RS Persahabatan lebih bahaya, lebih mungkin tertular karena satu ruangan untuk beberapa orang," ujar Suharti.