Pihak Istana melalui Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko juga mengerahkan Kapolri untuk menangani fenomena ini.
"Nanti Kapolri supaya menurunkan anggotanya untuk ikut membatasi masyarakat melakukan hal yang berlebihan seperti itu," kata Moeldoko, Senin (2/3).
"Tidak perlu panik masyarakat tenang, kalau itu terjadi malah akan mempengaruhi ketersediaan," ujarnya.
Panik adalah bakat
Menanggapi hal tersebut, pakar Neurosains dr. Ryu Hasan, SpBS dalam acara bertajuk Mengenali Virus Melawan Panik menyebutkan, kepanikan adalah suatu bakat yang muncul pada diri seseorang.
"Panik atau tidak, itu bakat," kata Ryu, Selasa (10/3).
Lebih lanjut, Ryu menjelaskan bahwa cara pandang manusia dalam menghadapi persoalan tergantung dari bakat suatu individu.
Orang dengan bakat bahagia, menurut Ryu akan menghadapi segala kasus dengan bahagia pula.
Sementara orang Indonesia, cenderung memiliki bakat kepanikan yang lebih besar dibanding bahagia.
"Sebetulnya kepanikan itu juga bakat. Tapi kepanikan massa itu adalah berbeda," ujar dia.