Baca Juga: Asal Mau Diinfeksi Virus Corona, Kamu Bisa Dapat Rp 65 Juta Lho! Begini Caranya..
Upaya tersebut dikatakan sebagai antisipasi jika suatu saat tempat publik bakal ditutup.
Bukan hanya sembako, masyarakat yang panik juga memborong habis masker bedah dan hand sanitizer.
Harga barang-barang tersebut sontak melambung tinggi di atas harga normal, yang justru menimbulkan kekhawatiran lain.
Stok masker yang menipis dan langka, menjadikan para petugas kesehatan dan orang dengan penyakit menular kesulitan mendapatkannya.
Menteri Kesehatan dan jajaran pemerintahan telah memperingatkan pada warga, bahwa orang yang perlu memakai masker adalah mereka yang sakit, dalam masa penyembuhan, dan petugas yang menangani pasien.
Baca Juga: Tak Hanya Warga Biasa, Jenderal Angkatan Darat Bisa Kena Corona, Satu Negara Lantas Diisolasi
Seolah-olah hanya mereka yang berduit yang boleh mengantisipasi virus corona.
Fenomena "panic buying" hingga membeli barang-barang pokok dalam jumlah besar lantas dinilai merugikan, terutama bagi warga kecil.
Melansir Kompas.com, perusahaan konsultan Grant Thornton Indonesia menyatakan tindakan panic buying bisa merugikan keuangan secara personal.
“Fenomena panic buying ini dapat menimbulkan kerugian secara keuangan tidak hanya secara personal namun juga secara luas, kami menyarankan untuk menahan diri dan membeli barang dalam jumlah sewajarnya,” ujar Alexander Adrianto Tjahyadi, Audit & Assurance Partner Grant Thornton Indonesia, Rabu (4/3).