Sebab, 35 kandidat vaksin telah terdaftar oleh WHO, tanpa nama Hvivo tercantum.
Ditambah, percobaan ini adalah bagian dari perlombaan sedunia senilai 2 miliar US dolar (sekitar Rp 28,67 triliun) untuk menemukan vaksin virus yang mematikan, terutama untuk orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang buruk.
Sebelumnya, perlombaan serupa pernah dimenangkan oleh Sanofi, perusahaan farmasi asal Perancis yang membuat vakin flu tahun 2019.
Sanofi mendapat imbalan senilai 1,6 miliar Poundsterling (sekitar Rp 29 triliun).
Oleh karena itu, Cathal Friel, Direktur Eksekutif perusahaan induk Hvivo, Open Orphan, mengatakan bahwa perusahaannya akan berada di garis depan untuk berjuang melawan wabah.
Selain Hvivo, para ilmuwan di Seattlre juga meminta sukarelawan sehat untuk berpartisipasi dalam percobaan selama 14 bulan.
Studi yang diluncurkan oleh Moderna Therapeutics tersebut akan dimulai pada akhir April 2020.
The Wall Street Journal melaporkan, para peserta tidak perlu dikarantina.
Peserta akan menerima bayaran sekitar 1.100 US dolar atau sekitar Rp 15 juta atas partisipasinya.