Hal ini demi mengantisipasi adanya penularan virus dari jenazah pasien. Pasalnya, hasil laboratorium masih belum diketahui saat pasien meninggal dunia.
Menurut Agoes, cara penanganan terhadap jenazah tersebut serupa dengan penanganan pada jenazah pasien flu burung, SARS, dan MERS.
"Pada saat flu burung kan memang waktu itu ada yang positif, jadi kita perlakukan sama. Sampai pada saat meninggal kita bawa ke kamar mayat, area menuju kesana (kamar mayat) itu kita bebaskan (sterilkan) supaya tidak ada kontak dengan pengunjung yang lain," jelas Agoes.
Sebelum dimakamkan, jenazah pasien suspect corona dibalut dan ditutup dengan plastik demi menghindari penularan.
"Memandikan atau merawat jenazahnya itu sama, kita perlakukan seperti pasien flu burung,"
"Dari petugas ya berarti dia harus pakai alat pelindung diri yang menjamin nggak bakal ketularan, kemudian jenazahnya kita beri penutup (plastik) memastikan agar tidak menular kepada orang-orang yang nanti akan merawat jenazahnya," paparnya.
Hal tersebut telah disampaikan pada pihak keluarga. Beruntungnya, terdapat pihak medis dalam keluarga pasien, sehingga mudah untuk memberikan pengertian.
Diketahui setelah diisolasi pada (19/2), pihak RSUP Kariadi mengirimkan sampel pasien untuk diteliti. Namun, hasil laboratorium baru di dapatkan pihak rumah sakit sehari setelah kepergian pasien. "Sehari setelah dimakamkan hasil laboratorium baru keluar dari Litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan) dinyatakan bukan virus corona," ungkap Agoes.
Adapun sejak Januari 2020, RSUP Kariadi telah menangani sebanyak 23 pasien suspect Covid-19. Empat diantaranya merupakan warga negara Dhina, Jepang, dan Korea.