Sosok.ID - Kematian Jenderal cemerlang Iran, Qasem Soleimani di tangan Paman Sam membuat negeri Ayatollah itu bersumpah janji bakal memerangi keberadaan Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Hal tersebut ditandai dengan pengibaran bendera merah di Masjid Jamkaran dimana Iran bakal segera menyambut pertempuran brutal menghadapi AS.
Mengutip Kompas.com, Jumat (14/2/2020) pengibaran bendera perang tersebut kemudian diikuti dengan serangkaian aksi militer Iran yang menyerang pangkalan AS di Irak.
Bahkan pada 40 hari memperingati kematian Qasem Soleimani, Kamis (13/2/2020) Iran melakukan serangan roket ke basis militer AS di Provinsi Kirkuk, Irak.
Serangan roket ini menghantam area terbuka pangkalan militer AS yang dinamai K1 itu pukul 20.45 waktu setempat.
Serangan tersebut mengagetkan pasukan AS dan polisi federal Irak yang berada di basis militer tersebut.
Namun serangan roket yang berjuluk Katyusha atau Stalin Organ itu tak menimbulkan korban di pihak AS.
Sialnya militer AS berhasil melacak lokasi peluncuran roket dimana mereka memonitor ada 11 roket yang belum diluncurkan berjarak lima kilometer dari pangkalan yang diserang.
Diyakini AS akan melakukan serangan balik mematikan.
Mengutip Al Jazeera, serangan roket Iran ini ditujukan untuk mengenang kematian Qasem Soleimani.
"Ada kemungkinan bahwa ini ada hubungannya dengan berakhirnya masa berkabung 40 hari untuk Qassem Soleimani hari ini," kata reporter Al Jazeera, Simona Foltyn.
Dia menambahkan bahwa serangan itu dapat menyalakan kembali ketegangan di wilayah tersebut.
"Ada kekhawatiran bahwa serangan roket seperti itu akan memicu respons yang akan membawa sekali lagi ke eskalasi dalam krisis yang baru saja mereda," kata Foltyn.
Sebelum serangan ini Iran sudah menghujani rudal pangkalan AS di Ain al-Asad di Irak barat pada 8 Januari 2020 lalu.
Serangan tersebut tak menimbulkan korban jiwa namun sebanyak 109 tentara AS mengalami cedera otak ringan.
"Hingga saat ini, 109 tentara AS didiagnosis cedera otak traumatis ringan, (mTBI), kenaikan 45 orang dari laporan terdahulu," ujar Pentagon, Senin (10/2/2020).(Seto Aji/Sosok.ID)