Follow Us

Pemerintah Tak Akan Memulangkan, Anak-anak WNI Eks ISIS yang Kehilangan Seluruh Angggota Keluarganya Beberkan Keadaannya : Saya Nggak Tahu Mau ke Mana, Saya akan Betahan di Sini

Dwi Nur Mashitoh - Jumat, 14 Februari 2020 | 08:15
Ilustrasi ISIS.
Twitter of Crowned

Ilustrasi ISIS.

Sosok.id - Layaknya manusia biasa, warga negara Indonesia (WNI) juga menghasilkan keturunan ketika pergi ke Suriah untuk bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Namun, nasib anak-anak tak berdosa itu justru berakhir sengsara.

Pasalnya mereka tak dapat merasakan kehidupan yang damai layaknya teman-teman seusianya di Indonesia, tanah air mereka.

Tiga anak Indonesia yang ditemui wartawan BBC di kamp Al-Hol di Suriah timur laut mengatakan tak tahu harus ke mana dan mungkin untuk sementara bertahan di Suriah.

Baca Juga: Bikin Bingung, Identitas di KTP Perempuan Tapi di Paspor Laki-laki, Pihak Kepolisian Akhirnya Tempatkan Lucinta Luna di Sel Khusus

"Orang tua saya dan saudara-saudara saya sudah meninggal ... saya tak tahu mau ke mana. Saya akan bertahan di sini," kata anak yang mengaku bernama Yusuf kepada wartawan BBC, Quentin Sommerville yang menemuinya di Al-Hol.

Faruk, anak Indonesia lainnya di Al-Hol, mengatakan ia kehilangan orang tua ketika desa terakhir yang dikuasai kelompok ISIS, Baghuz, diserang koalisi anti-ISIS.

"Terjadi serangan roket. Saya tak tahu [apa yang harus saya lakukan]. Saya berlari ... dan setelah itu saya tak pernah melihat lagi keluarga saya," kata Faruk.

Nasa, bocah Indonesia yang juga berada di Baghuz, menuturkan kisah yang sama.

Baca Juga: Nagita Slavina Sebut Suami Kurang Sedekah dan Zakat, Rp 15 Miliarnya Raib untuk Liburan, Koper Raffi Ahmad Malah Dimaling di Bandara Turki: Emang Bener-bener..

"Pesawat menjatuhkan bom ... orang-orang hilang, lalu saya menemukan Faruk," kata Nasa.

Di Desa Baghuz, Suriah, Nasa menyaksikan desa tersebut dibom dan setelah itu ia kehilangan keluarga.

Presiden Joko Widodo mengatakan ia telah memerintahkan pendataan WNI eks ISIS yang ada di Suriah.

Sebelumnya, Menko Polhukam, Mahfud MD, mengatakan, anak-anak WNI di bawah umur eks ISIS bisa dipulangkan ke Indonesia, dengan pertimbangan tertentu.

Baca Juga: Tawa Kuntilanak dan Cewek Ngesot Berkeliaran di Istananya Seharga Rp 15 Miliar, Pegawai Sule Sering Disuguhi Penampakan, Rizky Febian Sebut Sosok Itu Ada Jauh Sebelum Rumahnya Dibangun

Ia menjelaskan tidak akan ada satu kebijakan yang sama, dan setiap kasus akan diperlakukan berbeda.

Pengamat terorisme mengatakan anak-anak WNI eks ISIS di Suriah tidak akan menjadi risiko jika dipulangkan, apalagi jika mereka dibina oleh pemerintah.

Peneliti Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengimbau pemerintah untuk memulangkan anak-anak yatim piatu dari kamp-kamp di Suriah secara bertahap.

Hal itu disebutnya penting karena di tempat itu, anak-anak menyaksikan intimidasi dan kekerasan. Bahkan, tambah Sidney, tempat itu tidak layak dari segi kesehatan juga sanitasi.

Baca Juga: Mulia, Artis Tampan Ini Rela Ubek-ubek Semarang 24 Jam Demi Temukan Sopir Angkot Viral yang Bawa Bayi 3 Bulan Bekerja: Kemampuan Bosque, Warga +62 Mantap Nih

Pemerintah Indonesia, ujarnya, tidak perlu berpikir untuk mengembalikan ratusan anak sekaligus, tapi mulai dari kelompok kecil seperti tiga hingga lima anak terlebih dahulu.

"Membawa mereka kembali ke Indonesia tidak akan bersifat risiko, apalagi kalau mereka dibina di pusat Handayani yang dipimpin Kementerian Sosial," ujar Sidney kepada wartawan BBC News Indonesia, Callistasia Wijaya.

"Saya kira, apa salahnya pemerintah Indonesia mulai sekarang, tapi jangan hanya bicara, buka komunikasi dengan Kurdi yang menguasai kamp-kamp itu (untuk mendata anak-anak di sana)," tambahnya.

Semenjak kekalahan kelompok kekhilafahan ISIS kira-kira dua atau tiga tahun lalu, keluarga para petempur ISIS - para perempuan dan anak-anak - di tempatkan di kamp pengungsian yang dipadati lebih dari 70.000 orang.

Baca Juga: Gemetaran di Sepanjang Perjalanan, Penumpang Ini Ternyata Buang Hajat di Motor, sang Driver Ojol Terpaksa Ganti Jok karena Bau Tak Hilang Walau Sudah Dicuci Berkali-kali

Presiden Jokowi mengatakan pemerintah tidak berencana untuk memulangkan lebih dari 600 orang di kamp-kamp Suriah, yang dia sebut sebagai 'ISIS eks WNI'.

Namun, ada peluang untuk repatriasi anak.

"Dari identifikasi dan verifikasi ini, nanti akan kelihatan karena kita memang masih memberikan peluang untuk yatim piatu yang berada pada posisi anak-anak di bawah 10 tahun. Tapi kita belum tahu apakah ada atau tidak," ujar Jokowi.

'Lebih ISIS daripada ISIS'

Baca Juga: Bak Plot Blockbuster James Bond, Tak Cuma Torpedo dan Rudal Jelajah Darat Tomahawk, Kapal Selam Laser Berkekuatan Cahaya Milik Angkatan Laut AS Dikembangkan, Bersiap Perang?

Sidney mengatakan akan lebih bahaya jika anak-anak itu tinggal di Suriah karena mereka berpotensi menjadi generasi kedua Mujahid ISIS.

Sidney menambahkan mereka juga mungkin berkolaborasi dengan anak-anak teroris dari negara lain di kamp itu untuk melakukan gerakan terorisme di masa depan.

Khairul Ghazali, mantan pelaku terorisme yang kini mengasuh sebuah pondok pesantren untuk mederadikalisasi anak-anak teroris di Medan, Sumatera Utara, mengatakan anak-anak yang dibawa orang tuanya untuk ke Suriah adalah korban.

Jika mereka tidak dikembalikan ke Indonesia, hal itu bisa sangat berbahaya.

Baca Juga: Menteri Kesehatan Ngamuk Besar! Sebut Peneliti Harvard Sudah Hina Indonesia yang Dikatakan Tak Bisa Deteksi Virus Corona, Terawan: Orang Indonesia Lebih Sehat!

"Korban itu bukan hanya yang kena serpihan bom, tapi anak-anak pelaku teroris. Mereka korban ideologi yang salah dan sesat dari orang tuanya," ujarnya.

"Kalau nggak dikembalikan malah lebih bahaya, mereka akan gabung dengan tokoh-tokoh teroris internasional. Mereka akan lebih ISIS daripada ISIS itu sendiri. Bahayanya lebih besar dari manfaatnya," ujarnya.

Khairul menambahkan ia kecewa dengan putusan pemerintah untuk tidak mengembalikan ratusan WNI eks ISIS dari Suriah dengan alasan keamanan.

Dia mengklaim teroris bisa diubah pola pikirannya dengan program deradikalisasi.

Baca Juga: Bermula Saat Jadi Kepala Intelijen Brunei, Adik Raja Hassanal Bolkiah Jadi Sosok Playboy Hingga Miliki 40 Selir, Ini Sosok Jefri Bolkiah!

Ia merujuk sejumlah eks teroris yang kini membantu pemerintah, seperti Ali Fauzi dan Ali Imron.

Meski ada kasus-kasus di mana eks teroris kembali radikal, kata Khairul, hal itu tidak boleh digeneralisasi.

"Benar, ada satu atau dua orang yang yang dibina BNPT jadi bomber, seperti suami-istri yang (melakukan bom di) Filipina itu. Tapi itu nggak bisa digeneralisir," ujarnya, merujuk peristiwa pengeboman gereja di Filipina tahun 2019.

"Program deradikalisasi memang belum optimal, tugas kita lah menyempurnakannya," ujarnya.

Baca Juga: Frustasi Selalu Gagal Tes CPNS, Sarjana Ekonomi Ini Banting Setir Jadi Dukun Hingga Punya Langganan Pejabat, Sempat Jenuh dengan Klenik Sampai Putuskan untuk Tobat

Bagaimana nasib WNI yang tidak akan dipulangkan?

Saat ditanya mengenai bagaimana nasib orang-orang yang tidak akan dikembalikan ke Indonesia, Presiden Jokowi enggan berkomentar banyak.

Dia menilai konsekuensi mengikuti ISIS seharusnya sudah diperhitungkan oleh orang-orang yang memutuskan pergi ke Suriah.

Sementara, menurut Sidney Jones, ratusan orang Indonesia yang ada di Suriah menghadapi beberapa kemungkinan.

Baca Juga: Ditawar Rp 750 Juta, Lempengan yang Diduga Emas Batangan Seberat 1 Kg Bergambar Soekarno Ternyata Cuma Kuningan

"Mungkin ada yang coba melarikan diri dari penjara, ada yang lambat laun meninggal di sana," ujarnya.

"Ada yang mungkin bisa bertahan di sana. Tapi dengan keadaan perang di sana, kamp-kamp itu bisa dibom, kita nggak tau nasib-nasib WNI itu."

Sementara itu, Jokowi mengatakan ia telah meminta jajarannya mengidentifikasi 689 WNI eks ISIS diidentifikasi satu per satu.

Dengan demikian, kata Jokowi, pemerintah dapat mengantisipasi jika ada warga eks ISIS yang menyusup masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Kunci Suksesnya Hotman Paris, Sosok Ini Kecipratan Rp 1 Miliar Dan Mobil Mewah Dari Sang Bos, Intip Gaji Fantastis yang Didapat Asisten Pribadi Hotman!

"Nama dan siapa berasal dari mana sehingga data itu komplet. Sehingga cegah tangkal bisa dilakukan di sini, kalau data itu dimasukkan ke imigrasi. Tegas ini saya sampaikan," katanya.

Sidney Jones mengatakan kecil kemungkinan bahwa WNi di Suriah itu bisa masuk kembali ke Indonesia karena akan sangat sulit bagi mereka keluar dari daerah konflik.(Hasanudin Aco)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Anak Indonesia Eks ISIS di Suriah: Orang Tua Saya Sudah Meninggal, Tak Tahu Mau Kemana Lagi

Source : tribunnews

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Baca Lainnya

Latest