Sementara di Gaza, pejabat Hamas Sami Abu Zuhr menggambarkan dokumen itu tidak berharga. "Palestina akan menang, dan Trump serta kesepakatannya akan pergi ke tong sampah sejarah," katanya, dikutip dari The Guardian, dilansir Sosok.ID pada Senin (3/1/2020).
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, mengatakan rencana itu lebih banyak berkaitan dengan masalah hukum Trump dan Netanyahu daripada perdamaian.
"Ini adalah rencana untuk melindungi Trump dari pemakzulan dan melindungi Netanyahu dari penjara. Itu bukan rencana perdamaian Timur Tengah, ”katanya.
Protes kecil diadakan di Tepi Barat yang diduduki pada hari Selasa, dengan remaja membakar ban di jalan.
Di Gaza, tempat Israel mempertahankan blokade ketat pada orang dan barang, Ahmed Shafiq, seorang siswa master, mengatakan ia merasa diperlakukan salah.
“Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk menolak rencana ini. Ada pembicaraan tentang perampasan semua hak. Tidak ada yang membantu kami. Kami merasa kami sendirian, ”katanya.
“Saya tidak menentang perdamaian, tetapi yang dibicarakan bukanlah perdamaian. Perdamaian tidak dipaksakan pada orang." imbuhnya.
Sementara Mahmoud Abbas, menolak dengan tegas rencana perdamaian yang diusulkan Trump dan Israel, menyatakan tidak mungkin mereka bisa punya negara tanpa ibu kota di Yerusalem Timur.
Abbas juga memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Amerika Serikat. Sebagai bentuk bahwa ia tak main-main, ia akan tetap memperjuangkan Palestina.
"Kami telah memberi tahu pihak Israel ... bahwa tidak akan ada hubungan sama sekali dengan mereka dan Amerika Serikat termasuk ikatan keamanan," Abbas mengatakan pada pertemuan darurat satu hari di Kairo, yang dipanggil untuk membahas rencana Trump.