Tidak hanya mengambil air dari tanah berpori ini tetapi juga menambah beratnya dan memadatkannya.
Konkretisasi Jakarta juga menyebabkan peningkatan limpasan, membuat banjir terasa lebih buruk sementara hal itu membuat air tidak meresap kembali dan menjadi persediaan air tanah.
Ketika bahaya amblesan terus meningkat, bahaya banjir dan bencana tumbuh disebabkan oleh gelombang laut yang menghancurkan.
Air sungai di musim hujan membengkak dan membentur tepian gravitasi sehingga tidak membantunya mengalir sampai teluk.
Bahaya banjir sama tuanya dengan kota itu.
Belanda mantan penjajah yang pernah singgah di Jakarta pun pernah berupaya mengendalikan banjir dengan membangun jaringan kanal dalam upaya mengendalikan aliran air.
Tetapi tidak pernah mengatasinya, dan kini para insiyur dan pengusaha Belanda disebut menawarkan proposal untuk mengendalikan air untuk kembali ke tanah.
Tawaran untuk menyelamatkan Jakarta adalah dengan rencana dramatis dan kontroversial, yang disebut Giant Sea Wall dan proyek Great Garuda.
Tawaran proposalnya membutuhkan biaya 40 miliar Dollar AS untuk membuat tanggul besar melengkung 25 mil melintasi Teluk Jakarta.
Ini akan menciptakan laguna buatan manusia yang besar dengan megacity pantai baru yang dibangun disekitar tanah reklamasi.