Sosok.ID - Kasus pengeroyokan yang dilakukan sejumlah oknum tak bertanggung jawab kembali terjadi di Tanah Air.
Kali ini kasus pengeroyokan terjadi di Sorong, Papua hingga memakan korban tewas berjumlah satu orang.
Namun lantaran pengungkapan kasus yang cukup alot dan pelaku yang belum juga tertangkap pihak kepolisian, warga dan keluarga korban pengeroyokan pun melakukan aksi protes.
Dilansir Sosok.ID dari Kompas TV dan Kompas.com, Sabtu (9/11/2019), aksi protes yang dilakukan warga dan keluarga korban ini terjadi pada Jumat (8/11/2019).
Aksi protes ini dilakukan keluarga korban dan sejumlah warga sebagai bentuk tuntutan tanggung jawab kepada pihak berwajib dan pemerintah setempat.
Keluarga korban dan sejumlah warga pun berkumpul di depan kantor Walikota Sorong, Papua.
Aksi protes ini dilakukan lantaran keluarga dan warga terlalu kesal dan sakit hati dengan sikap pemerintah yang lamban dalam menanggapi kasus.
Tak juga mendapatkan kejelasan, akhirnya warga memilih jalan mereka sendiri dalam mencari keadilan.
Unjuk rasa dalam bentuk protes yang dilakukan warga ini sempat membuat heboh karyawan di kantor Walikota Sorong, Papua.
Namun bukannya menggunakan spanduk atau poster berisikan kalimat-kalimat protes, warga justru ramai-ramai menggotong sebuah peti mati.
Peti mati yang terbuat dari kayu berpelitur itu ramai-ramai digotong puluhan warga, masuk ke dalam kantor Walikota Sorong, Papua.
Sambil teriak-teriak, warga menaruh peti mati kayu itu di lobi kantor Walikota Sorong menuntut pertanggung jawaban.
Usut punya usut, rupanya peti mati kayu tersebut berisikan jenazah korban pengeroyokan yang dilakukan sejumlah oknum tak bertanggung jawab di Sorong, Papua.
Melansir Kompas.com, adalah Flora Batleyi, remaja malang yang tewas mengenaskan usai jadi korban pengeroyokan pada Selasa (5/11/2019).
Selama 3 hari, jenazah Flora Batleyi belum juga dimakamkan keluarga dan warga lantaran tak ada kejelasan terhadap pengusutan kasus pengeroyokan yang menewaskannya.
Bahkan pelaku pengeroyokannya belum semuanya tertangkap.
Pihak keluarga yang kesal dengan lambannya tanggapan pihak berwajib terhadap kasus yang menewaskan korban ini akhirnya melayangkan protes.
Dibantu dengan puluhan warga, pihak keluarga memboyong peti mati berisi jenazah Flora Batleyi ke kantor Walikota Sorong, Papua.
Peti mati itu ramai-ramai digotong warga ke dalam kantor walikota dan ditaruh di tengah lobi.
Tutup peti mati pun dibuka seraya teriakan para warga yang memprotes memenuhi lobi kantor Walikota.
Aksi protes warga dan pihak keluarga korban ini pun sempat membuat heboh dan terekam kamera amatir.
"Tadi pada saat mau dimakamkan, datang satu utusan dari mereka (pihak aparat) menjelaskan kasus ini seolah-olah ngambang, tidak jelas.
Otomatis ini membuat masyarakat protes dan datang ke sini," ungkap Kepala Suku Duanlolat Suku Tanimbar, Fredek Limalafun seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas TV.
Sementara itu, Wakapolres Sorong Kompol Hengky Abadi membenarkan adanya peristiwa pengeroyokan yang mengakibatkan seorang warga tewas.
Namun berbeda dengan yang dituduhkan warga, Kompol Hengky Abadi mengatakan bahwa satu pelaku pengeroyokan telah ditangkap.
Sementara para pelaku pengeroyokan lainnya masih dalam tahap pengejaran pihak kepolisian.
"Pengeroyokan itu dilakukan oleh lebih dari satu orang terhadap korban hingga meninggal dunia.
Berdasarkan penyelidikan dan penyidikan kita tetapkan seorang pelaku. Ini masih dalam tahap pengembangan," kata Kompol Hengky Abadi seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas.com, Sabtu (9/11/2019).
Aksi massa akhirnya bisa dibubarkan usai dilakukan mediasi oleh Asiten II Walikota Sorong kepada pihak keluarga.
Dalam mediasi, disampaikan bahwa pihak keluarga akan diberikan santunan kematian dan pemerintah akan menanggung seluruh biaya pemakaman korban.
Usai mendapatkan kejelasan, jenazah korban akhirnya kembali dibawa pulang untuk dimakamkan oleh pihak keluarga.
(*)